Dikelas 11 awal aku bertemu teman baru yaitu Riski dan Sandra. Ia adalah pindahan dari kelas X IPS 2. Aku dan Tutik tetap saja kelas IPS 4. Dan di saat semester 1 ini aku mempunyai Mahmud, tepat dibulan suci ramadhan ini aku sahur bareng dengan Mahmud. 2O15.
Tetapi aku tidak suka mamah muda itu, aku tidak suka. Aku berontak dan kakak-kakakku juga berontak. Aku tidak suka dengan kehadirannya. Aku pun hanya tinggal dikamarku saja dan sesekali makan sesekali mandi dan sesekali ke kamar mandi. Kucingku dan kucing kesayangan ibuku ‘Si Kelvin’ itu saja temanku. Tetapi sayang mahmudku tidak menyukai kucing dan ia berkata ke bapakku untuk membuang si Kelvin. Saat aku mengetahuinya, aku marah besar. Hingga suatu hari, berhari-hari si Kelvin tidak pulang ke rumah aku amat khawatir, “Jangan-jangan Mahmudku yang membuangnya”. Aku marah besar, ku bilang aliran sungaipun tidak sanggup menampung kemarahanku. Dia si Kelvin peninggalan ibuku satu-satunya dan ia amat disayang oleh ibuku. Ternyata si Kelvin sudah tergeletak tak bernyawa. Aku pun sangat sedih jadinya. Aku berusaha move on darinya, si kucing kesayanganku.
Berdakwah All Time
Setiap hari setiap detik. Mau itu di sekolah, di facebook, di dumay, di grup bbm keluargaku, di kamar, bahkan di wc sekalipun jika perlu. Aku senang sekali jika kedapatan orang yang sedang berbuat dosa atau akan berbuat dosa, belum shalat dzuhur misalnya. Aku pasti akan menceramahinya. Atau teman ku yang sedang menjalin pacaran dan digantung oleh pacarnya. Aku senang sekali mengobral kalimat kebaikan diantara teman-temanku. Meski kadang:
- Aku lupa dengan tugas-tugasku. Satu contoh saat kemarin tugas LM Inggris : Harus menulis 5 kalimat hope dan 5 kalimat Intensive. Aku malah keenakan berdakwah jadinya baru satu yang kuisi, tapi ya gapapa lah yang penting aku berceramah.
- Saat pelajaran Bahasa Inggris menuliskan suatu kalimat min 2O. sedangkan aku serius sekali mendengarkan dan menjawab pertanyaan ketiga sahabatku. Jadinya disaat orang lain selesai aku belum selesai dan masih banyak masih ada 7 lagi. Untuk Sandra baik, ia mau menggantikan menulis.
- Mengaji disaat guru sedang mengajar, meski guru itu menyangka bahwa aku sedang remedial PAI jadinya melagu ayat saja. “Ngga bu ngga, duh gak tahu banget aku teh lagi menghapal ayat suci Al-Quran 3O juz”
- Dan begitu-begitu juga. Aku suka dengan berceramah. Tapi aku juga masih belajar untuk menyeimbangkan kebiasaan burukku. Sorry : “Manusia tidak ada yang sempurna”
“Ibu.. Oh Ibu..”
Aku always time mendendangkan suara itu dan kalimat serupa. Aku sering bercerita kepada sahabatku tentang Mahmud dan ibuku. Perbedaannya misalnya. Atau saat nyawa Mahmud tertinggal dipantai, atau saat Mahmud menangis dan pergi ke Munjul {Ke rumah orangtuanya}. Tetapi karena bapakku sangat agamis jadi bagaimanapun keadaannya ia tidak akan menceraikannya. Jadi akupun berberat hati untuk menerima kehadirannya. Karena aku takut dengan Allah, itu saja.
Menonton film cinta adalah kebiasaanku dan ke-4 sahabatku. Aku rela mendwonloadnya untuk mereka. Film cintanya juga bukan sembarangan, melainkan cinta dalam Islam. Surga yang tak dirindukan misalnya yang pemeran cowoknya mirip sekali dengan si bulenya Riski sampe dia juga merasa dirinya yang memerankan kekasih si cowok itu, aduhai lebaynya. Sampai film Assalamualaikum Beijing, kami sangat dibawa hanyut dan si Riski inget kembali mantannya.
Ada Bang Jal dihatiku
Di facebook aku sering mengirim pesan kepada cowok solehah idaman para wanita. Dan ketemulah dengan Bang Jal seorang lelaki yang manis sebab ia adik kelasku. Aku tidak memandang orang dari fisik, umur tetapi aku memandang dia dari ketaatannya kepada sang pencipta. Dia berasal dari Ciwaringin, sebuah kampong Islam di Negeri Cirebon sana. Aku sedang melakuka taaruf dengan dia. Aku tahu dia memendam perasaan kepadaku. Setiap malam dan disetiap hari kami saling membalasnya. Hinga ia menembaku di SMS : “Aku boleh tidak jujur sama kamu, meski pahit rasanya tapi aku mau jujur sama kamu. Jika Allah saja jujur masa aku tidak. Aku sebenarnya suka sama kamu, itu terserah kamu. Tetapi bolehkah aku bertaaruf sama kamu?”
Aku membalasnya dengan dag-dig-dug penuh haru dan perasaan cinta. Aku menjawabnya boleh saja tetapi kita hanya sebatas ta’aruf yaa. Lagian dia kan anak pesantren pasti tahu dengan ta’aruf. Dia juga mau menemuiku ke Jombol tetapi aku menolaknya. Karena takutnya ada jinah diantara kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H