Mohon tunggu...
Alisia Larasati
Alisia Larasati Mohon Tunggu... -

writer, like futurolog, like Freedom, anti koruptor ... Senang membangunkan Serigala yang sedang tidur, Follow my twiiter @tutihand_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasek Mengayuh Politik Balas Dendam

26 Januari 2014   18:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak ada yang salah dengan mekanisme pergantian antar waktu yang dilakukan oleh fraksi partai demokrat di DPR terhadap kadernya  I Gede pasek Suardika. Dan sebagai kader yang baik dan paham tentu harus memahami dengan baik tujuan pergantian sambil instropeksi diri. Pasek kerap menjadikan PPI sebagai kendaraan politiknya ketimbang PD dan prioritas pertama dia adalah "menyerang musuh" diinternalnya sendiri. Hubungan Pasek dan Anas berlangsung dalam suatu dataran power - depedency, begitu kuatnya sehingga loyalitas Pasek ke PPI lebih besar dibanding ke PD.  Sikap ini tentu perlu dipertanyakan mengingat sebagai kader, seharusnya loyalitas terjaga bukan menusuk dari belakang.

Pasek dinilai sedang menjalankan politik secara extrim berupa agitasi dan propaganda politik seolah olah pergantian dia ada politisasi. Pasek tidak memahami kode etik secara benar, utuh dan cerdas. Substansi substansi yang dimunculkan di media hanya berupa fitnah. Pasek tidak menjalankan fungsinya sebagai kader yang baik, membela seorang koruptor tentu melanggar pakta integritas yang sudah ditandatangani bersama, semangat pakta integritas yang salah satu poinnya adalah mencegah korupsi justru diabaikan oleh pasek. Sebagai kader PD, tentu dia harus bisa menjadi tenaga penggerak partai dan memahami sepenuhnya dasar dan ideologi perjuangan partai demokrat, disamping itu pasek juga harus mampu melaksanakan pakta integritas dan kode etik secara konsekuen disetiap waktu, situasi dan tempat.

Banyak kader yang diganti, dan menerima dengan lapang dada, jalankan politik santun dan beretika. Pergantian antar waktu menjadi kuasa penuh DPP partai demokrat yang tentunya dengan melihat alasan alasan yang objektif dan integritas dari seorang pasek. Kecendrungan pasek ngak menerima pergantiannya menjadi pertanyaan publik? Apakah ia enggan meninggalkan kursi empuk senayan ? Atau ini hanya sebatas memperjuangkan harga dirinya ? Wallahu alam bissawab.

Dalam situasi dan kondisi bagaimanapun, hendaknya pasek melakukan kritik otokritik, ini penting untuk seorang politikus untuk menjadikan kualitas kehidupannya menjadi lebih baik. Pergantian antar waktu itu merupakan bentuk evaluasi dari DPP PD untuk melihat dan mengetahui secara nyata akan kelemahan dan kekurangan kadernya di parlemen, dan itu hal biasa dilakukan disemua partai. Saya menilai bahwa I Gede pasek Suardika belum lulus dalam berdemokrasi, sebagai orang awam saya punya pertanyaan pada pasek harapan harapan apa yang sudah di lakukan pasek untuk masyarakat bali ? Ini sebuah refleksi, agar pasek bisa menjawabnya secara rekonstruksional atas pertanyaan diatas.  Politik balas dendam tidak akan pernah tumbuh subur di rel kebenaran, percayalah Bli pasek !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun