Mohon tunggu...
Alisia Larasati
Alisia Larasati Mohon Tunggu... -

writer, like futurolog, like Freedom, anti koruptor ... Senang membangunkan Serigala yang sedang tidur, Follow my twiiter @tutihand_

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Etika Politik SBY

14 April 2014   20:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:41 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki bulan politik, sebentar lagi kita akan melakukan pemilihan Presiden (pilpres) pada tanggal 9 Juli mendatang. Ini merupakan periode penting sekaligus pantas diwaspadai yaitu masa kanpanye terbuka antar calon presiden. Saling menjatuhkan kredibilitas sudah terjadi sebelum pemilihan legislatif terjadi. Rakyat Indonesia  justru sudah terbiasa menikmati suguhan para capres, tetapi untunglah selama 10 kali mengadakan pemilihan umum, tak pernah ada gesekan yang berarti, segalanya berjalan lancar.

Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono yang sebentar lagi akan lengser akan menjadi presiden RI pertama yang mampu menyelesaikan periodenya selama dua tahun tanpa harus dilengserkan oleh kekuatan publik. Apa resepnya? SBY punya etika politik yang patut diteladani, sebagai seorang pemimpin berlatar belakang militer SBY tidak hanya sosok yang moderat dan demokratis. Tampak bahwa SBY memang seorang penutur pendapat yang sangat baik.

Tidaklah mengherankan jika pada tahun 2004, SBY dinobatkan sebagai pejabat dengan penuturan berbahasa Indonesia terbaik, ucapannya mengalir dengan gramatika bahasa yang benar. Terkadang jawaban jawaban yang disampaikan SBY terasa gamblang, mengalir dan mudah dipahami. Hanya orang yang bisa bertutur dengan Bahasa Indonesia yang baik saja yang mampu memyampaikan pendapat secara runtut dan mudah dipahami.

Kita mungkin sependapat dan mengakui bahwa SBY selama ini terkesan puasa bicara. Sementara serangan dari lawan lawan politiknya mengalir seperti air bah. Amunisi yang dipakai untuk menyerang SBY bahkan ada yang bermuatan Fitnah. Serangan itu muncul terutama dalam beberapa bulan terakhir menjelang pileg dan pilpres. Publik kadang menunggu SBY berbicara dan menjawab tudingan dan semua fitnah atas dirinya, namun SBY bukanlah pemimpin yang gampang terpancing reaktif.

Secara pribadi, bagi SBY menjawab serangan dari lawan lawan politiknya bisa berakibat tidak baik dimata masyarakat, dan terkesan hanya akan menciptakan kegaduhan nasional, dan itu disadari sepenuhnya oleh SBY sebagai sesuatu yang tidak sehat bagi berpolitikan Bangsa Indonesia. SBY tidak mau terlibat dalam pertengkaran sesama elit, karena permusuhan elit hanya akan menimbulkan perang saudara.

Etika politik SBY sangat tercermin dalam menciptakan sistem yang kondusif, beliau berusaha merangkul semua tokoh berpengaruh di Indonesia. SBY dinilai sebagai tokoh yang memiliki konsistensi untuk tidak mencaci maki lawan politiknya. Ditengah iklim kita yang kondusif, tidak pernah terlontar caci maki, merendahkan martabat orang, menghina, ataun mencela yang keluar dari mulut SBY.

Kita boleh berbangga ditengah memasuki bulan politik dengan segala kegaduhan politiknya, kita masih memiliki Presiden yang teduh, menyejukkan dan mengayomi tumbuhnya demokrasi secara lebih dewasa di Indonesia, beliau masih banyak kekurangan, kekurangan itulah yang dia tutupi dengan kesantunan dalam berpolitik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun