Identitas Buku:
Judul        : Segitiga Tak Bertitik Temu
Penulis      : Magdalena. I Ovi
Penerbit     : Stiletto Indie Book
Terbit       : 2021
ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-623-98344-3-2
Halaman    : 312 hlm; 19 cm
Blurb:
Ada rindu yang nggak akan terobati hanya dengan pertemuan. Ada kedekatan yang justru terjadi setelah perpisahan.
Jilla mencoba lebih mendalami Mama setelah perceraian itu. Dia pun makin memahami sulitnya menjadi lelaki setelah nggak lagi serumah dengan Papa.
Perpisahan yang memunculkan pertemuan-pertemuan baru, kejadian-kejadian baru, orang-orang baru. Perempuan yang dekat dengan Papa, tiba-tiba datang dalam kehidupan Jilla dan ingin mencampuri hari-harinya. Lantas, pertemuan Jilla dengan seorang cewek yang rumit dan misterius yang mengubah standar serta pandangannya tentang suatu hubungan.
Kehidupan bersama dengan Mama yang kini menjadi single parent dengan tiga orang adiknya, membenturkan Jilla dengan berbagai persoalan hidup dan memaksa Jilla untuk bersikap sebagai seorang "lelaki", bukan sekadar seorang "cowok".
Review Time:
Tampilan cover berdasarkan konsep yang penulis dan illustrator sampaikan adalah bahwa cover ini mengacu pada episode percakapan di pinggir malam, dua karakter utama dengan menorehkan lambang di dinding, di bingkai rumah yang sudah lapuk dan usang, bentuk lingkaran dan segitiga. Penggambaran itu memiliki maknanya tersendiri.
Selanjutnya, ketika membaca blurb, sudah sedikit tergambar bagaimana isi kisah ini diceritakan, latar belakang tokoh sudah sedikit diinformasikan. Namun, pada blurb ada beberapa kata yang tidak nyaman ketika dibaca oleh saya, seperti kata 'cewek' yang menurut saya lebih baik dengan kata wanita, itu ada pada kalimat "Lantas, pertemuan Jilla dengan seorang cewek yang rumit dan misterius yang mengubah standar...." Dan penggunaan kata 'nggak' pada kalimat, "Dia pun makin memahami sulitnya menjadi lelaki setelah nggak lagi serumah dengan Papa."
Lalu pada isi buku, ilustrasi-ilustrasi yang banyak dan penuh dengan warna menjadi daya tarik buku ini yang mana jarang sekali buku fiksi dipenuhi dengan ilustrasi penuh dengan warna, ilustrasi tersebut tentunya menggambarkan situasi dan kondisi sesuai kisah yang sedang diceritakan.
Karakter yang dimainkan Jilla cukup menarik dan inspiratif, penulis berhasil membawa pembaca hanyut pada isi buku ini, bagaimana pembaca akan diajak untuk melihat perkembangan Jilla yang mencari jati dirinya sendiri, Jilla yang terus berproses menjadi sosok yang dewasa dan lebih baik. Terdapat beberapa tokoh juga, setiap tokoh memiliki masalah dan penyelesaiannya sendiri yang mana semua itu berkaitan erat juga dengan Jilla dan proses Jilla menjadi lebih baik.
Konflik keluarga Jilla pasca perceraian tidak begitu fokus disorot, penulis lebih memfokuskan pada permasalahan-permasalahan hidup Jilla sebagai seorang remaja.
Latar yang digunakan pada buku ini mengambil latar tahun 2000-an, deskripsi dan suasananya tergambarkan dengan baik seperti di mana komunikasi masih menggunakan sms. Namun sayangnya, menurut saya ada bagian yang tidak begitu relefan jika dicocokkan dengan isu masalah yang ada pada cerita ini, seperti isu seks, narkoba, toxic relationship. Bukan mengatakan isu tersebut tidak ada pada tahun itu, namun lebih ke bahasa pembahasannya dan istilah yang digunakan yang mana istilah dan isu tersebut lebih kepada isu masa sekarang ini dan untuk ukuran remaja pada tahun 2000-an masih jarang isu ini diperbincangkan atau masih tabu untuk memperbincangkan isu tersebut, menurut saya.
Terlepas dari itu semua, buku ini tetap menyajikan gaya penulisan yang bagus, alur yang tidak membosankan. Sisi baiknya juga buku ini bisa untuk bernostalgia masa-masa SMA dan bisa membayangkan bagaimana suasana tahun 2000-an, banyak pesan yang disampaikan lewat isu-isu yang penulis sampaikan pada buku ini.
Pesan-pesan dan pembelajaran yang bisa diambil dari buku ini cukup banyak dan tentunya berharga bagi pembaca, diantaranya adalah:
- Melihat sosok Jilla pada novel ini menggambarkan bahwa tidak semua korban perceraian menjadi sosok yang negatif atau memiliki sikap yang buruk, Jilla bisa bertanggung jawab dengan hidupnya dan hidup keluarganya, ini semua memutar balikkan fakta tidak semua korban broken home akan berujung buruk.
- Segala macam masalah sebetulnya mendewasakan, seperti terdapat pada quote "Terkadang diperlukan sebuah ujian untuk mendapatkan sebentuk kesadaran." (hlm 245). Jilla dengan berbagai macam masalah yang dihadapinya, ternyata itu membuat perkembangan hingga tak disadari pada akhirnya pola pikir dan cara pandangnya semakin dewasa. Dibalik musibah selalu ada hikmahnya, itulah kurang lebihnya.
- Sikap pantang menyerah dengan keadaan, sikap ini ditunjukkan oleh sosok Jilla dan keluarganya. Jilla yang masih tetap bisa fokus untuk mengejar pendidikan dan meraih beasiswa, walau memang dampak perceraian begitu besar tetapi bukan berarti Jilla harus merasakan keterpurukan itu tanpa bangkit sedikit pun, karena kan hidup terus berlanjut.
Terakhir, buku ini rekomendasi sekali buat yang suka baca fiksi remaja dibalut kisah perceraian keluarga yang mengangkat isu yang cukup banyak dan kompleks serta kekinian tetapi masih tetap bisa dibaca dengan ringan dan menghibur juga. Rating untuk buku ini adalah 9/10.
Oh ya! Buku ini ada lanjutannya yang berjudul Lekang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H