Identitas Buku
Judul        : Laut Bercerita
Penulis      : Leila S. Chudori
Penerbit     : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Terbit        : 2017
ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-602-424-694-5
Genre        : Historical Fiction
Halaman     : 377 hlm; 20 cm
Harga        : Rp. 100.000 (Harga P. Jawa)
Rating       : 10/10
Blurb:
Jakarta, Maret 1998
Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik pergerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.
Jakarta, Juni 1998
Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinnya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.
Jakarta, 2000
Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.
Laut Bercerita, novel terbaru Leila S. Chudori, bertutur tentang kisah keluarga yang hilang, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan makam anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur.
Review Time:
Sebelum lebih jauh, kita akan membahas cover dari novel Laut Bercerita ini. Awal melihat cover novel ini tentunya tidak akan menyangka kalau ternyata berkisah tentang sejarah yang menyedihkan, banyak yang menyangka juga kalau novel ini berceritakan kisah yang ceria atau fantasi karena jika melihat covernya saja tidak menggambarkan sejarah atau hal yang menyakitkan, namun jika benar-benar ditelisik lebih jauh terdapat ilustrasi sepasang kaki yang dijerat rantai ia tenggelam di dasar lautan, tentunya kedinginan dan sendirian, ilustrasi tersebut menggambarkan adanya unsur kesedihan atau kepiluan. Pendapat tersebut tentunya diperkuat dengan adanya tulisan pada bagian blurb atau tulisan di belakang cover yang sudah sedikit menggambarkan bagaimana kisah ini di dalamnya.
Isi dari novel ini terdapat beberapa bagian, yaitu:
- Prolog
- Biru Laut, dengan 10 sub bab, diantara sub bab tersebut ada yang berjudul Seyegan, 1991; Di Sebuah Tempat di Dalam Gelap 1998; dan Ciputat 1991.
- Asmara Jati, dengan 4 sub bab, sub bab tersebut berjudul Ciputat, Jakarta, 2000; Pulau Seribu, 2000; Tanah Kusir, 2000; dan Di Depan Istana Negara, 2007.
- Epilog: Di Hadapan Laut, di Bawah Matahari
- Ucapan Terima Kasih
- Tentang Penulis
Kelebihan dari novel ini adalah dari sisi cover memiliki ilustrasi yang memiliki banyak makna, indah namun penuh tipuan. Penulisan dalam novel ini pun detail, jelas dan mudah dipahami dari setiap kejadian maupun kisahnya. Walau konteks kisahnya begitu berat namun saat dibaca tidak begitu memusingkan, emosi di dalamnya sangat terasa sampai ke pembaca, itu membuktikan lihai dan hebatnya penulis dalam mencampur adukkan perasaan hingga bisa ikut menyelam dan merasakan setiap emosi di dalamnya serta bisa merasakan ketegangan-ketegangan dan beberapa penyiksaan yang dilakukan.Â
Tak jarang emosi itu membekas sekali di hati para pembaca sampai terpikirkan bagaimana kondisi Biru Laut, teman-temanya, keluarga, kerabat korban dan lainnya saat setelah menyelesaikan membaca novel ini. Walau cerita ini fiksi, namun kita bisa belajar banyak sejarah di dalamnya yang mana sejarah ini merupakan sejarah nyata yang terjadi di masa lampau. Terdapat banyak quotes juga yang memiliki makna dalam membuat novel ini terasa lebih hidup dan menggugah.
Selain ada kelebihan tentunya ada kekurangan yang terdapat pada novel ini yaitu adanya adegan 18+ antara Biru Laut dengan kekasihnya, Anjani. Mengapa disebut kekurangan? Karena faktanya banyak anak muda yang membaca novel ini, tentunya mereka harus bijak saat membaca pada bagian kisah tersebut.
Mengenai pesan dari novel ini, tentunya banyak sekali diantaranya yaitu selain mendapatkan wawasan dan nilai yang bisa kita ambil dari novel ini, kita juga dituntut agar selalu berpikir kritis, jangan melupakan sejarah, selalu berjuang membela kebenaran, pantang menyerah dan lain sebagainya.
Buku ini sangat rekomendasi untuk dibaca, setidaknya satu kali seumur hidup dan cocok sekali untuk yang suka membaca novel sejarah atau yang bersetting sejarah. Bagus sekali untuk dibaca oleh semua kalangan apalagi oleh anak-anak muda saat ini agar mengetahui sejarah kelam bangsa Indonesia dan mengambil sebanyak-banyaknya pelajaran, karena kisah ini tidak ada dalam pembelajaran atau kurikulum di sekolah.
Terakhir, buku ini banyak sekali ditemui baik di toko online maupun offline atau toko buku seperti Gramedia. Bagi kamu yang masih belum sempat membaca novel ini, segera baca atau segera masukkan list novel ini dalam daftar bacaanmu.
Terimakasih dan selamat membaca bagi yang belum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H