Idealisme ini tidak seperti idealisme yang kita kenal sehari-hari, seperti merujuk pada sesuatu yang sifatnya ideal. Dalam filsafat Pendidikan idealism merupakan aliran filsafat yang menekankan pada pentingnya idea (ide, nilai, pemikiran konseptual) dalam proses Pendidikan.Â
Aliran idealisme menyatakan bahwa semua hal yang ada di dunia ini hakikatnya masih pada tataran ide, dan realita yang ada sebenarnya merupakan refleksi dari ide tersebut. Namun, idealisme tidak menyangkal adanya materi penyebab atau ruh. Idealisme lebih menekankan bahwa ide (atau konsep) memiliki eksistensi lebih tinggi daripada realita fisik. Keterlibatan pandangan idealisme terhadap Pendidikan adalah bahwa Pendidikan seharusnya berfokus pada pengembangan pemahaman kontekstual dan pemikiran kritis.
Beberapa filsuf yang menjadi tokoh yang menyuarakan tentang aliran idealisme antara lain Plato, Hegel, Kant, dan Johann Gottlieb Fichte, dan beberapa filsuf lain. Plato adalah filsuf pertama yang mengenalkan aliran idealisme. Menurutnya, dunia ide bersifat kekal dan abadi, sedangkan dunia nyata sifatnya mudah berubah. Karenanya, Plato berpendapat bahwa fenomena alam merupakan bayangan dari gagasan sifatnya kekal.Â
Georg Wilhelm Friedrich Hegel meyakini bahwa jiwa atau pikiran adalah kenyataan akhir dan setia hal memiliki hubungan dalam sistem yang luas dan rumit yang disebut dengan mutlak. Hal mutlak inilah yang diyakini sebagai hal yang riil, karena menurut hegel, apa yang nyata adalah segala sesuatu yang rasional dan keseluruhan adalah benar.ada tiga bagian filsafat idealisme oleh hegel, yaitu logika, filsafat alam, dan filsafat roh. Â
Immanuel Kant adalah filsuf yang juga beraliran idealisme. Pemikirannya sering disebut idealisme transcendental atau idealisme kritis. Menurut Kant, pengetahuan bersumber dari pengalaman dan akal. J.G Fichte memiliki pemikiran yang didasarkan pada konsep diri yang absolut, yang menemukan dan mentransmisikan pemahaman tentang objek, tidak hanya sebagai "pencipta", tetapi juga sebagai "penemu", sehingga, peran manusia sangat dominan di dalam menginisiasi sesuatu.
Idealisme dapat dihadirkan sebagai ekspresi ruh, sekaligus menyatakan bahwa esensi dunia ini berasal dari alam spiritual dan berpendapat bahwa materi dapat dijelaskan oleh jiwa. Cabang dari filsafat pendidikan idealisme secara umum yaitu: Hakikat Manusia, Metafisika, Epistemologi, dan Aksiologi.
Hakikat Manusia menjelaskan bagaimana manusia dari sudut pandang idealisme, yang menyatakan bahwa manusa pada hakikatnya merupakan mahluk spiritual dengan akal pikiran, keinginan, dan kebutuhan atau nafsu. Metafisika mengkaji hakekat realitas dari segala sesuat yang bersifat fisik dan non fisik.  Metafisika selalu didukung oleh akal budi yang melahirkan sesuatu yang abstrak dan banyak dipengaruhi oleh pengalaman  hidup. Epistemologi menelaah mengenai hakekat pengetahuan manusia. Aksiologi adalah cabang filsafat idealisme  yang mempertanyakan mengenai manusia dalam mengguanakan ilmu.
Sebagai salah satu aliran filsafat, filsafat idealisme berpengaruh besar pada pendidikan. Berdasarkan aspek  ontologi ini, tujuan pendidikan adalah agar peserta didik memiliki kepribadian, berakhlak mulia, serta selalu mengharapkan hal-hal baik. Aspek epistemologi  menekankan bahwa pengetahuan tidak hanya hal-hal fisis, tetapi juga hal-hal yang menyangkut spiritual. Selanjutnya, bila ditinjau dari aspek aksiologi, filsafat idealisme menetapkan sebuah nilai sebagai sesuatu yang ideal dan tetap. menempatkan nilai sebagai sesuatu yang bersifat tetap dan idealistik. Hal ini bermakna bahwa pendidik sebaiknya menghindarkan peserta didik memiliki keraguan pada sesuatu yang sifatnya sementara dan relatif.
Pendidikan harus menekankan keselarasan antara batin anak dan alam semesta. Pendidik harus dapat memunculkan tabiat dan tingkah laku terbaik, sehingga peserta didik adalah tujuan Pendidikan itu sendiri. Tujuan Pendidikan menurut filsafat idealisme adalah  untuk menciptakan semangat persaudaraan antar sesama manusia, dalam hubungan yang penuh pengertian, saling mengasihi, sehingga fokusnya tidak hanya pada menuntut hakknya.
Kurikulum, menurut filsafat idealisme, harus lebih memusatkan perhatian pada substansi objektif, dengan memperbanyak pengalaman daripada teori konsep, sehingga peserta didik mendapat pengalaman dan pengetahuan yang sesungguhnya. Kurikulum harus disusun sekitar materi kajian yang memberikan kesempatan peserta didik untuk berlatih menemukan gagasan atau ide.
Penganut idealisme menggunakan kata-kata tertulis maupun terucap. Â Akal pikir atau ide gagasan dapat ditransfer melalui kata-kata. Guru mendesain agar pembelajaran di kelas mengakomodasi adanya diskusi sehingga peserta didik mendapat gagasan dan ide dari berbagai sumber belajar. Dalam pembelajaran, pendidik tidak hanya mengajarkan peserta didik tentang bagaimana berpikir, tetapi juga merealisasikan gagasan yang dipikirkannya.Â