Di tengah cemas yang merajai, motor kami pontang panting melewati bebatuan dan genangan , tak sedikit tempat kami jatuh tersungkur ke kubangan , kadang motor di atas, kadang kami saling tindih dengan batu -- batu seukuran kepala presiden.Â
Jam  di layar hp menunjukan pukul 02.23 pagi ketika kami berhenti di tengah belantara gunung tertinggi di batulanteh, kami hanya berhenti minum air, lalu berjalan lagi denga tenaga cadangan, di tengah guyuran hujan yang semakin deras, air mataku meleleh , ingatanku pada ayah yang mungkin sedang memanggil -- manggil anaknya ini mencuat ke ubun -- ubun kepala, memori -- memori lama memanggil kenangan bertadangan dalam hiruk sedihku, " ayah aku sedang mendatangimu untuk yang pertam kali," lirihku pada tubuhku sendiri.
Besambung .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H