Mohon tunggu...
husaini arekha
husaini arekha Mohon Tunggu... Tutor - Perintis,penggerak,peduli

Knowledge seeker

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah dan Jalanan Kita

1 Juli 2018   11:18 Diperbarui: 1 Juli 2018   11:29 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di tengah cemas yang merajai, motor kami pontang panting melewati bebatuan dan genangan , tak sedikit tempat kami jatuh tersungkur ke kubangan , kadang motor di atas, kadang kami saling tindih dengan batu -- batu seukuran kepala presiden. 

Jam  di layar hp menunjukan pukul 02.23 pagi ketika kami berhenti di tengah belantara gunung tertinggi di batulanteh, kami hanya berhenti minum air, lalu berjalan lagi denga tenaga cadangan, di tengah guyuran hujan yang semakin deras, air mataku meleleh , ingatanku pada ayah yang mungkin sedang memanggil -- manggil anaknya ini mencuat ke ubun -- ubun kepala, memori -- memori lama memanggil kenangan bertadangan dalam hiruk sedihku, " ayah aku sedang mendatangimu untuk yang pertam kali," lirihku pada tubuhku sendiri.

Besambung .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun