Mohon tunggu...
Ema Tusianti
Ema Tusianti Mohon Tunggu... Ilmuwan - I'am a statistician

Menulis untuk menjaga kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Ganda Ibu Masa Kini dalam Angka

23 Desember 2016   06:37 Diperbarui: 23 Desember 2016   07:41 3984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ibu tidak hanya dimaknai sebatas hubungan antara Ibu dengan perannya dalam keluarga. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Hari Ibu terlahir dari sebuah Kongres Perempuan Indonesia dalam memperjuangkan berbagai hal yang masih belum dapat dicapai perempuan Indonesia seperti kesamaan peluang dalam akses sumber daya dan penghapusan kekerasan yang kerap kali dialami kaum hawa.

Subordinasi terhadap perempuan memang masih terjadi, padahal perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perempuan memiliki peran ganda. Secara internal, peran domestik dilakoni perempuan dalam manajemen rumahtangga, perawatan kesehatan anggota keluarga (anak-anak dan orang tua) dan pendidikan anak. Oleh sebab itu, perempuan, khususnya Ibu rumah tangga merupakan tiang keluarga yang juga sebagai penentu kualitas generasi penerus bangsa.

Peran dalam Perekonomian

Dalam skala yang lebih besar, perempuan adalah subjek penggerak roda pembangunan. Sekitar jutaan perempuan berkontribusi dalam perekonomian. Perempuan Indonesia berperan hampir di setiap bidang pekerjaan dan profesi. Bahkan, salah seorang presiden Indonesia adalah perempuan. Selain itu, tidak sedikit pula perempuan yang berprofesi sebagai pimpinan dalam perusahaan atau lembaga. Beberapa pejabat pemerintahan pun banyak yang diduduki oleh perempuan.

Badan Kepegawaian Negara tahun 2015 mencatat 29,50 persen pejabat struktural pemerintahan diisi kaum hawa. Bahkan, dalam lingkup yang lebih luas sebanyak 46,03 persen tenaga profesional, manajerial dan teknisi adalah perempuan (KPPPA & BPS, 2016a). Dalam dunia politik, anggota dewan yang terhormat 17,32 persennya adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bagaimana srikandi Indonesia sesungguhnya memiliki peran yang tidak kalah dari kaum laki-laki.

Lalu seberapa besar kontribusi perempuan dalam perekonomian bangsa? Perempuan 15 tahun ke atas yang bekerja ada sebanyak 48,00 persen (Sakernas Februari 2016). Kontribusi pendapatan perempuan adalah 36,03 persen (KPPPA & BPS, 2016a). Peran perempuan dalam perekonomian mayoritas bergerak dalam sektor yang memerlukan keterampilan administrasi dan memiliki risiko kerja yang ringan. Faktanya, lebih dari separuh perempuan yang bekerja terserap pada sektor jasa-jasa.

Kontribusi pendapatan perempuan memang masih rendah, namun peran perempuan dalam perekonomian cukup dapat diandalkan untuk menggerakkan sektor-sektor informal. Beberapa perempuan tercatat sebagai pengusaha, baik untuk usaha dalam skala kecil maupun dalam skala rumah tangga. Pada tahun 2015, Sakernas menghasilkan data perempuan bekerja dengan status pengusaha ada sebanyak 29,80 persen.

Pada Industri Mikro dan Kecil (IMK) peran perempuan sebagai pelaku usaha di dalam perekonomian Indonesia cukup signifikan. Data hasil Survei IMK 2015 menunjukkan bahwa secara total sekitar 42 persen usaha IMK dikelola oleh perempuan. Secara rinci, pelaku usaha perempuan di IMK lebih terlihat pada industri berskala mikro yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja 1-4 orang. Pada kategori ini, pengusaha perempuan sebanyak 44,12 persen. Lebih sedikit dari industri berskala kecil yang hanya ada 16,37 persen (Dikutip dari Statistik Gender Tematik: Ketimpangan Gender dalam Ekonomi, KPPPA-BPS, 2016b).

Antara Peran Publik dan Domestik

Karir bagi perempuan memang penting, namun sebagai kodratnya, peran sebagai ibu juga harus tetap dilakoni. Sebagian perempuan berperan ganda baik di lingkup internal keluarga maupun di luar. Perempuan berusia 15 tahun ke atas yang hanya fokus dalam kegiatan domestik rumah tangga tercatat sebanyak 37,79 persen (BPS, hasil Sakernas Februari 2016). Dari tahun ke tahun, jumlahnya semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

Lalu bagaimana dengan perempuan yang memiliki beban ganda?. Perempuan seringkali harus memilih antara tidak menikah dan sukses berkarier, atau menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Dibutuhkan pemikiran yang matang bagi seorang perempuan menikah untuk melangkah ke dunia kerja, mengingat konsekuensi peran ganda yang akan dihadapi.

Satu dari dua orang perempuan berstatus kawin berani menanggung resiko menghadapi peran ganda sebagai pekerja dan ibu rumah tangga (BPS, Sakernas Februari 2016). Berbagai faktor yang mendorong perempuan berstatus kawin untuk bekerja, di antaranya karena pendidikan tinggi, kemampuan untuk maju dan berkembang karena ingin meningkatkan eksistensi diri, serta alasan paling mendasar khususnya pada keluarga miskin adalah untuk mendapatkan penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Dalam dunia modern, perempuan yang bekerja dapat didorong oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain: pertama berkaitan dengan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dari pertanian menuju sektor industri dan jasa-jasa yang memungkinkan perubahan sistem dalam dunia kerja. Pekerjaan kasar beralih pada pekerjaan administrasi. Kedua, perkembangan teknologi yang memudahkan pekerjaan domestik. Peralatan elektronik modern telah mambantu dalam efisiensi waktu dan tenaga pekerjaan ibu rumah tangga.

Semakin mudah urusan domestik, semakin banyak waktu yang dapat digunakan untuk aktivitas lain, seperti bekerja. Ketiga, meningkatnya perbaikan sistem dalam dunia kesehatan yang menyebabkan risiko dan kerentanan anak terhadap penyakit menjadi turun. Sehingga si Ibu lebih ‘leluasa’ untuk meninggalkan anaknya untuk bekerja.

Namun bagi ibu yang bekerja dan memiliki anak di bawah 2 tahun pastinya akan mengalami pergulatan batin. Harus memilih antara merawat si anak atau bekerja. Terlebih lagi pemberian ASI bagi anak bawah umur 2 tahun adalah hak anak yang wajib dipenuhi.

Dari seluruh ibu yang memiliki anak usia di bawah 2 tahun yang sedang menyusui ada sekitar 31 persen terjun ke dunia kerja (BPS, hasil Susenas 2015, dikutip dari Statistik Gender Tematik: Ketimpangan Gender dalam Ekonomi). Hal ini tentunya menjadi dilema tersendiri bagi para perempuan tangguh ini. Oleh sebab itu, selayaknya tempat bekerja memberikan fasilitas yang layak bagi para Ibu menyusui untuk tetap dapat memberikan ASI, baik secara langsung maupun tidak langsung .

“Selamat hari ibu bagi para perempuan yang hebat”

Referensi:

KPPPA & BPS (2016a). Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2016. KPPPA:Jakarta

KPPPA & BPS (2016b). Statistik Gender Tematik: Ketimpangan Gender dalam Ekonomi. KPPPA:Jakarta

BPS (2016). Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari 2016. BPS: Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun