Mohon tunggu...
Tuswadi Koesnadi
Tuswadi Koesnadi Mohon Tunggu... -

Simply an english teacher who is struggling to be a better one than ever

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Professor Jepang dan Kehangatan Hatinya

25 Januari 2015   01:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:26 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14220970151771537473

"Suasana hati sangat menentukan mudahnya ilmu dipelajari"

Saya belum pernah diajar dan dididik oleh Profesor Indonesia, karena memang saya belum pernah kuliah paska sarjana di kampus Indonesia. Ketika S.1 dahulu di IKIP Semarang, para dosen secara umum mengajar kami secara klasikal, jadi semuanya biasa-biasa saja.

Di Jepang, 2008-2009, saya memperdalam ilmu metodologi pengajaran bahasa Inggris di Aichi University of Education. Selama dua semester, selain mengikuti kuliah yang disampaikan oleh sejumlah Professor, sekali seminggu kami (saya dan mahasiswa S.2/S3) mengikuti mata kuliah seminar di bawah asuhan Professor Pembimbing.

Saya masih merasakan kehangatan hati Professor Pembimbing di Aichi University of Education. Kebiasaan beliau sebelum seminar dimulai, beliau menyempatkan barang 5 menit untuk menyeduh teh dan kemudian menghidangkannya kepada kami (5-7 mahasiswa). Terkadang kami juga menawarkan diri untuk menyeduhkan tehnya, tetapi beliaulah yang lebih sering melakukannya.

Seminar pun dimulai, kami membahas chapter demi chapter buku yang telah kami baca dalam suasana yang begitu hangat!

[caption id="attachment_393032" align="aligncenter" width="576" caption="Bersama Professor Jepang"][/caption]

Di Hiroshima University, selama 5 tahun menjalani studi S.2 dan S.3 (2009-2014), saya mengikuti seminar di bawah bimbingan Professor (academic supervisor) dengan suasana hangat tak kalah beda dengan di Aichi. Apalagi saya adalah mahasiswa asing (non-jepang) pertama yang belajar di lab beliau; jadi, ketika seminar, tak ubahnya kami seperti Ayah dan anaknya! Diskusi, kadang dimarahi karena salah tangkap/salah berfikir, sharing pengalaman hidup, dan saya dibimbing dengan sedemikian sabarnya sampai lulus!

"Kehangatannya memberikan luapan semangat tersendiri bagi saya untuk selalu move dan move! Ya, kehangatan dalam secangkir teh atau kopi Jepang tanpa gula! Dan saya meyakini, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayanglah, yang menjadikan kehangatan itu terjadi. Alhamdulillah!"

Terima kasih, Professors atas segala ilmu dan tata cara mendidik yang telah disematkan kepada kami; semoga ini menjadikan kami sebagai guru dan pendidik yang terus mau belajar untuk senantiasa rendah hati dan baik budi kepada murid-murid.

Sekali lagi,

"Suasana hati sangat menentukan mudahnya ilmu dipelajari"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun