Mohon tunggu...
Turrachman Rachman
Turrachman Rachman Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah/ Pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Zaenab Masykur Adiwerna Tegal

Saya seorang guru yang senang menulis tentang perjalanan .Setiap yang saya lihat, rasakan dan saya lakukan ,menjadi bahan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pukulan Muhammad Ali

18 Januari 2025   11:02 Diperbarui: 18 Januari 2025   11:17 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto desa Adiwerna Tegal ; sumber Turrachman 2025

Pagi ini langit Adiwerna terlihat gelap mendung. Bahkan nampak kabut tipis "menyelimuti" atap rumah warga. Suhu 26 derajat celsius. Lumayan sejuk. Matahari seperti "masih berat" untuk segera menyapa bumi Adiwerna. Membuat jalanan masih terlihat basah. Para pengguna jalan harus hati-hati, apalagi yang roda kendaraan sudah "tipis", harus meningkatkan kefokusan dalam berkendara. Kalau tidak , akan mudah tergelincir.

Para pekerja sebuah toko mulai sibuk mempersiapkan diri. Ada yang membuka pintu tokonya, ada yang sedang mengepel teras toko dan ada juga yang tidak masuk alis toko diliburkan. Menunggu air surut sebab banjir memenuhi area depan toko dan sekitarnya. Bahkan ada guru juga "terpaksa" libur dan meliburkan siswa karena sekolahnya banjir.  Seorang wali murid ada yang upload status kondisi banjir di sekolah anaknya dengan komentar " bahagianya anakku bermain air di sekolah". Gambar yang diupload adalah gambar sebuah sekolah yang halamannya penuh denga air setinggi lutut anak -- anak SD. Nampak di gambar tersebut para siswa asyik bermain air bersama teman-temannya, ada yang berlarian mengelilingi halaman sekolah, ada yang menyipratkan air ke baju seragam temannya dan ada juga yang hanya melihat keseruan teman-temanya. Karena siswa tersebut takut denga air.

Tadi malam hujan memang deras mengguyur kota Tegal. Waktunya lumayan lama. Dari pukul 17.73 sampai dengan pukul 23.00. Bahkan ketika saya berangkat ke masjid untuk sholat subuh, gerimis masih menetes. Ujian untuk bangun sebelum orang lain bangun terasa semakin berat. Karena suasana suhu udara yang relatif dingin membuat kita lebih terlelap dan biasanya membuat malas bergerak. Kenyamanan seringkali membuat kita terlena bahkan terhadap kewajiban sekalipun. Maka waspadalah dengan sebuah "kenyamanan" sebab seringkali akan berujung pada kegagalan atau penyesalan.

Sambil mendengarkan suara jutaan air hujan yang "menghantam " atap rumah dan petir yang menggelegar. Saya tadi malam mengikuti Kajian Setiap Jumat Malam atau KSJM seri ke 256. Yang diadakan oleh warga IRO society Indonesia. Temannya sangat keren yaitu ; " Menulis Lagi di Koran". Dengan invite speaker sangat kompeten. Yaitu Ustad Abu Nawas dari Papua, Bunda Rento Kuntjorowati dari Cirebon, Bunda Silvi Rahma dari Malang dan sahabat saya ustad Arif Yudistira dari penggiat Sarekat Taman Pustaka MBS Yogyakarta.

Karena saya terlambat, maka tidak semua narasumber saya ikuti. Itu resiko. Maka saya tetap bahagia. Meskipun tidak semua menu saya nikmati. Tapi  energinya sangat terasa. Sebab yang berbicara adalah pelaku,yang disampaikan adalah "nyawa". Atau sangat menggerakkan. Ustad Arif menyampaikan kita menulis agar terbit di koran. Ada tuju( 7 ) kita atau strategi. Dari menentukan judul yang memikat kemudian membuat selingkung sampai pada membuat akhir tulisan yang memberikan kesan. " Bapak dan ibu menulis itu seperti pertunjukan drama, ada tampilan pembuka, kemudian kisah para lakon dan puncak dari drama" kata ustad Arif. Kemudian ustad Arif menutup penyampaian materi dengan kita ke tuju( 7 ) agar tulisan kita diterbitkan oleh media Surat kabar atau koran. Dan kita tersebut adalah ; memulai menulis.

Bunda Retno Kuntjorowati banyak memberikan kisah tentang warga iro society yang beberapa tahun lalu sukses menulis di koran. Tidak hanya satu koran bahkan terbit di berbagai koran nasional. Beliau mengupas judul atau tema diskusi; " Menulis di Koran Lagi, ini adalah ajakan bagi kita terutama yang sudah pernah menulis dan dimuat di koran untuk menulis lagi. Ayoo teman-teman mati menulis lagi di koran seperti yang pernah kita lakukan"

Saya jadi teringat kalimat yang disampaikan oleh founder Iro society, yaitu Prof Dr Imam Robandi pada KSJM seri ke 255, dengan tema menulis di Kompasiana. Beliau mengatakan;" Muhammad Ali adalah petinju yang sepanjang pertandingan terus memukul. Coba lihat video pertandingan tinju Muhammad Ali. Rata-rata musuh-musuhnya atau lawan tandingnya jatuh atau KO pada ronde 12 ke atas. Maksudnya apa? Kita harus terus berkarya. Kita harus terus menulis. Coba lihat yang tadinya produktif dengan menulis lalu tiba-tiba berhenti. Maka dia akan sulit bangkitnya. Tapi lumayanlah jatuhnya tidak sampai ke dasar jurang. Sehingga kalau bangkit lagi masih ada sisa energi "

Ada sebuah buku karya Prof Imam Robandi. Yaitu Change and Movement.  Yang diterbitkan oleh Solar Science Publisher pada tahun 2012. Dengan jumlah halaman 374. Sudah cetak berkali-kali dan dibaca oleh guru, penggerak dan pengelola sekolah di Indonesia. Buku ini bagi saya inspiratif,seperti filosofi gaya bertinjunya Muhammad Ali. Yaitu memukul setiap ronde. Memberikan inspirasi kepada siapapun baik guru, kepala sekolah, ketua yayasan untuk terus bergerak berkarya demi kesuksesan gemilang. " Senang bertemu dan menyapa orang lain adalah adalah tanda tanda kesuksesan, sebaliknya senang mengeluh, menyalahkan keadaan dan bahkan menyalahkan keberadaan kompetitor adalah tanda-tanda kebangkrutan" tulis Prof Imam Robandi dalam buku tersebut. Buku tersebut adalah jejak karya tentang pergerakan anak manusia yang ingin orang lain itu ikut sukses. Tidak berpangku tangan atau bahkan berdiam diri membiarkan "kelumpuhan" menjangkiti tubuh kita atau kalah sebelum bertanding. Padahal kesuksesan adalah hak kita semua. Bahkan Allah sudah menegaskan adalam Al Qur'an surat attin ayat ke 4 (empat) yang artinya " Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya ". Rasanya sungguh tidak adil ata bahkan "dholim" manakala kita tidak mau bergerak untuk berkarya.

Dalam sebuah dialog yang dipandu oleh Andy F Noya di sebuah podcast. Wakil menteri Pendidikan Tinggi yaitu Prof Stella Cristi bercerita tentang kisah beliau ketika menjadi mahasiswa ; " Mas Andy saya beruntung menjadi salah satu anak bangsa yang pernah sekolah di perguruan tinggi terbaik di dunia, yaitu Havard University. Mas Andy tahu? ada satu kelas yang diwajibkan oleh kampus agar semua mahasiswa mengikuti kelas tersebut, hanya ada satu kelas saja. Kelas yang lain semua mahasiswa bebas memilih, mau kelas seni, kelas fisika, matematika dan lain sebgaianya. Dan kelas tersebut adalah kelas menulis. "

Menulis akan memberikan dampak positif tidak hanya bagi yang menulis tapi juga yang membaca. Seperti nalar kritis, kreativitas, berkomunikasi dengan tertata dan teratur, runtut dan komunikatif. Semua kemampuan itu akan didapatkan dengan kebiasaan menulis. Untuk bisa menulis dengan "bagus" artinya bisa dinikmati oleh pembaca. Maka kita harus rajin membaca buku. Inilah mengapa firman Allah di dalam Al Qur'an yang pertama kali turun adalah :" Iqra" atau bacalah. "Bacalah Al Quran, bacalah buku, bacalah dirimu, bacalah lingkunganmu, bacalah potensimu, bacalah tetanggamu, bacalah pekerjaanmu, bacalah makananmu, bacalah tanamanmu" dan lain sebagainya. " Siapa yang mau melihat, pasti di situ ada cahaya " kata Ali bin Abi thalib. Melihat semua yang dihamparkan oleh Allah untuk dijadikan hikmah kebaikan dalam hidup yang kita jalani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun