Jakarta
Jumat 24 April 2020
Oleh : Sigit Purwanto
Jam 3 sore berkumpul 5 Pedagang. Bukan pedagang kaleng-kaleng. Jaringan mereka mengurita. Dari pedagang bakso sampe level Mentri mereka punya aksesnya. Saya salah satunya.
Keseharian kami pemburu berita. Tapi nalar dagang kami tinggi. Dengan ngendus saja kami sudah tahu potensi produk dan marketnya. Saya sebutnya jurnalisme Dagang. Ilmunya tidak diajarkan di bangku kuliah jurnalistik. Masih baru atau terlalu sulit dijadikan teori karena isinya praktek doang. Saya kira Dahlan Iskan, Catatan Dahlan Iskan pun Alpha tentang ini.
Kami belajar memahami produk dari setiap liputan yang kami kerjakan. Menakar akankah bisa dikerjakan sambil nyambi "nguli tinta". Dan lagi, yang istimewa kami punya jariangan panjang di hampir seluruh Indonesia. Ini Potensi besar yang sangat mudah kami mainkan.
Sore ini kami kembali berkumpul. Ada mainan baru kata saya. Kita jualan Alpukat Soe. Unik memang. Karena sebenarnya spesialis mereka adalah produk pakaian outdoor bermerk. Bukan pemain buah. Tapi saya yakinkan marketnya ada.
Permainan kami di kelas premium. Di buah  Alpukat belum ada pemain nya. Saya sebagai penyulut  pun sudah dalami pasar dan kualitas Alpukat Soe. Mudah 'ngebrandnya'.  Dan ini lebih dari  sekedar dagang karena ada misi baik untuk menyantuni para petani Alpukat di Soe NTT. Target saya 10  Orang orang dulu bulan Ini.
Petani Alpukat di NTT tersebar di pedalaman Kabupaten Timur Tengah Selatan. Penghasilan mereka tak menentu. Kalau boleh ditakar paling sekitar 200 ribu perbulan. Miris memang. Tapi itulah realita dari provinsi termiskin ke -3 di Indonesia. Tapi mereka punya emas di halaman rumah mereka. Namanya pohon Alpukat. Buahnya besar- besar. Rasanya pun sudah cari tandingnya di Indonesia. Alpukat Soe legit, kering, warna kuning menarik, rasa pulen  dan ada manis-manisnya. Jadi cocok jadi buah meja yang langsung bisa dikonsumsi. Tak perlu dijus atau tambahan Gula.
Rencana diatur. Mereka bermain di jaringannya. Saya lebih mlipir  membangun image produk dan menjaga kualitas barang. Cara kerjanya mirip Virus Corona.. Kita tularkan virus alpukat premium Soe. Pokoknya kalau sudah makan saya jamin pasti beli lagi.
Beberapa rekan saya minta tolong. Foto produk dikerjakan oleh mas Puji Purnama. Beberapa Petinggi RI sudah saya senggol- senggol buat Audiensi biar nambah mlambung nama Alpukat Soe
Di bantu oleh beberapa pedagang buah. Teori saya benar. Sehari dalam seminggu ini kami bisa menjual 300 hingga 400 kg. Target saya kayaknya terlampaui. Kalau seperti ini terus saya perkirakan saya bisa menyumbang 20 0rang petani Alpukat perbulan.
Meski saat ini saya agak resah Larangan terbang pesawat bisa bikin kacau. Karena kami sangat mengandalkan angkutan kargo pesawat untuk membawa alpukat dari Soe NTT. Tapi yah itulah uniknya ilmu dagang. Ada keresahan keresahan yang susah dijawab. Â Sialnya kami tak Punya plan B untuk moda transportasi. Begitu kargo Bandara ditutup selesai sudah bisnis kami.
Marhaban ya Romadhon.
Sigit Purwanto
082213752197
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H