Saya ndak mau nunggu pagi buat menikmati Cia eh Masmuar maksudnya. Hawa dingin. Embun yang sudah kegatelan turun saya abaikan. Berbekal lampu sorot saya tarik H Husein ke kebunya.
Kebun H Huseein. Lampu sorot hampir tak berguna. Hidung lebih tajam menyasar. Mencari aroma harum yang glundung di reremputan. Baru 5 menit. Sorak Sorayy sudah pecah dikebun seluas kurang lebih 14 hektar. 4 orang manusia tua kesurupan jadi anak kecil. Kegeriangan. Seperti nemu emas batangan.
Tahun 2006. H Huseein mulai menanam durian. Segala macam durian yang di ulas di majalah itu ia borong bibitnya. Belasan jenis. Tapi tak semua berbuah bagus. Bahkan durian sitokong sampe sekarang buahnya masih kaya muka Indra. Pucat mengkal. Hanya durian Masmuar yang berbuah sangat prima.
Syukurlah saya datang diwaktu yang tepat. Tak butuh waktu setengah jam, 7 durian masmuar sudah terkumpul. Kulitnya masih alot. Enggan dibagi. Mungkin baru jatuh. Tapi ranum wanginya sudah ngawe-ngawe. Mungkin cuma butuh diperjuangan, kaya cinta. Dan dia rebah dengan rayuan golok tajam. Beat..beat..sikat..
Dagingnya kuning emas bersepuh jingga. Lemaknya terlihat cerah halus yang kerutanya "ngolan-olan" mirip leher gadis Jawa yang pernah saya buru karena konon itu adalah lambang perempuan yang mampu mengundang datangnya rejeki berlimpah.
Dan ini memang rejeki. Biar bintang runtuh saya pasti ndak lepasin kenyotan saya. Luar biasa. Saya keranjingan. Masmuar dari kebun H Husein jauh lebih enak dari Masmuar yang saya pernah makan.Â
Dia begitu lengket. Lemaknya tebal menyimpan gurih. Manis hanya perantara lalu pahit menghentak. Mengulum lidah sampe bego, pasrah saja mengikuti alur.
Luar biasa. Teryata di bumi Kaltim, Masmuar yang manis kemayu jadi begitu binal nakal. Lengkap dengan tarian exotis pahit yang menggebu-gebu. Biar malam ini jadi saksi. Biar saja saya gagal mencipox gadis berleher Ngolan-olan tak mengapa. Ini lebih indah kawan. Lebih nyereset bahkan rasanya seimbang dengan Musangking kalah diaroma saja.
"Saya bermain di pupuk mikro," kata H Huseein yang belajar bertani durian secara otodidak. Maiwa Hill 20 km sebelum Bontang. Embun turun lagi dengan derasnya. Malam ini saya mimpi indah. Lena Cia tak seberapa. Masmuar lebih indah. Ngomong-ngomong Cia lehernya ngolan-ngolan ndak yah.. aaah mungkin 2 tahun lagi Aswin lebih tau.. mending saya tidur.
Sigit purwanto
24 Januari 2020