Mohon tunggu...
sigit purwanto
sigit purwanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya jurnalis. Pemburu durian. Ketua durian traveler Indonesia

suka jalan-jalan. selalu mengamini di setiap persimpangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Joglo Kudus, Saksi Kejayaan Saudagar Santri yang Musnah

17 November 2017   11:03 Diperbarui: 18 November 2017   11:49 4294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kompleks perumahan tua dengan tembok setinggi 7  meter, nafas saya tersengal, keringat bercucuran. Hampir 2 jam saya  mengelilingi kompleks perumahan di barat Menara Kudus namun tak satupun  saya menemukan rumah Joglo kudusan. Semua pintu tertutup dengan gembok  besar di luar. Puluhan rumah sudah terlihat tak berpenghuni. Dari celah  kecil terlihat rumah dengan kayu jati coklat kehitaman,  saya yakin ini  pasti rumah Joglo Kudus, sayang berkali-kali saya menyapa salam namun sepi tak satupun jawab terdengar.

Tak jauh dari rumah itu, Dari  balik tembok terlihat  menara rumah joglo namun keadaannya tak terawat, gentengya terlihat merosot, dari celah pintu ilalang pun sudah menutupi hampir seisi halaman.

Tak mudah menemukan rumah Joglo  Kudus, jangan bayangkan rumah Joglo Kudus seperti rumah Joglo di daerah Jogja atau ditempat lainnya di Pulau Jawa yang bisa anda lihat dari  pinggir jalan. Rumah Joglo Kudus  tersembunyi di balik tembok setinggi  lebih dari 7 meter. Tata rumah di wilayah barat Masjid  Menara memang  unik. Rumah mereka berbentuk segi empat dengan tembok mengelilingi rumah menyerupai benteng. Jadi saat anda berkunjung ke sana yang anda lihat  hanya tembok tinggi, bila anda beruntung anda bisa mengintip rumah Joglo  dari celah pintu.

Tak semudah yang saya bayangkan untuk bisa  memfoto rumah Joglo Kudus  yang masih ditinggali. Untuk mencari rumah  Joglo Kudus  yang tidak dihuni sebenarnya sangatlah gampang anda tinggal  datang ke Museum Kretek atau ke Oasis komplek industri milik rokok  Djarum di sana berdiri rumah Joglo dengan berbagai ornamennya. Tapi saya  mencari rumah Joglo Kudus yang masih ditinggali bukan rumah yang ada di  musium atau ruang pamer perusahaan.

Tak mau gagal, saya  beranikan diri menelepon Dinas Pariwisata Kudus, sayangnya sekali lagi  saya juga diarahkan ke Museum dan mereka tak punya data alamat, nomor kontak pemilik rumah Joglo yang masih ditinggali.

Rumah Joglo  Kudus adalah rumah saksi kejayaan saudagar pribumi di Kudus. Rumah megah yang terbuat dari kayu Jati dengan hiasan ukir sangat indah. Tak hanya itu hebatnya Rumah Joglo Kudus adalah simbol perlawanan para pedagang  pribumi atas hegemoni penguasa  VOC pada tahun 1810-an. Menarik, disaat  dibelahan Nusantara mengakat senjata untuk melawan hegemoni VOC di Kudus  pedagang pribumi melawan dengan cara membuat rumah megah dengan desain  yang menawan. Counter culture begitu menurut peneliti rumah Joglo kudus.  H. Nur Said MA. MAg

"Jati dijadikan rumah adat kudus  sesungguhnya ini adalah makna simbolik, bahan jati bermutu tinggi,  ketika rumah dibangun dari bahan yang bermutu artinya si pemilik itu  bukan sembarang orang maka eksitensi rumah kudus adalah counter cullture  pada zaman koonialisme karena kelompok pedagang dianggap remeh oleh  pedagang maka masyarakat Kudus yang rata-rata pedagang melakukan  perlawanan melalui eksistensi rumah adat kudus".

Berabad-abad kemudian, ceritanya berubah, simbol perlawanan sudah menguap, keindahan dan  kemewahan rumah kudus menjadi petaka. Rumah Joglo Kudus kini menjadi incaran para kolektor dari kalangan pengusaha, penjabat hingga Artis,  mereka berani membayar mahal demi memuaskan hasrat memiliki rumah Joglo  Kudus. Setelah terjual, bangunan rumah adat Kudus yang dibuat dengan  sistem knock down ini di pindahkan entah ke mana.

Para pemilik  rumah apalagi Pemerintah, tak punya daya untuk menahan rumah Joglo Kudus  dari glontoran milyaran rupiah dari para peminat. Kini  entah tinggal  berapa rumah Joglo Kudus yang  yang masih di miliki masyrakat,  sisanya  sudah tercabut dari Kudus, dijadikan museum atau penghias halaman para  saudagar kaya.

Rumah Rp 9 Milyar

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Badan saya gemetar  begitu pintu rumah  milik Ullum dibuka, suara pintu berderet berat menandakan terbuat dari kayu jati, "akhirnya" dalam hati saya tidak  sia-sia perjuangan saya mencari rumah Joglo Kudusan yang masih  ditinggali.

Atas jasa mas Dayak ketua yayasan Masjid Menara  Kudus,  saya dipertemukan dengan Ullum, meski awalnya agak malu-malu, pemuda sederhana ini akhirnya mengijinkan saya berkunjung ke rumahnya.

Dari  pintu masuk, rumah Joglo belum terlihat. Lorong kecil selebar 2 meter  saya susuri. Terlihat pintu jendela dengan warna khas coklat kehitaman  khas kayu jati. Lorong sempit itu teryata bermuara ke subuah taman yang  cukup besar dengan pohon Matoa di tengahnya. Tamannya sangat indah dan  rapi dengan batu krikil hitam sebagai lantai.

Ternyata rumah  Joglo terletak di sebelah kanan lorong menghadap ke taman, pantas saja  ketika masuk saya tidak melihat rumah Joglo. Dengan sangat  sopan  Ullum mempersilahkan saya masuk ke rumah. Jantung saya berdegup kencang  mata saya berbinar disajikan pemandangan luar biasa,  inilah keindahan  rumah Joglo Kudusan. ruangan pendopo penuh dengan ukiran yang unik dan  sangat detail sempurna. Warna coklat kehitaman kayu jati dan hiasan  kertas emas menambah megah laksana siangasana Raja.

Menurut  Ullum, rumah ini adalah rumah kakeknya yang dibeli dari seseorang yang  tidak ia ketahui. Kakek Ullum adalah pedagang cengkeh, dan pembuatan  perkakas rumah tangga, di depan rumah Joglo meski sudah tak terpakai  peralatan bengkel kakeknya masih tersimpan dengan rapi.

Sayapun  sangat beruntung, selain ruang pendopo,  saya diperbolehkan masuk dan  melihat ruangan keluarga. Pintu rumah sangat besar dengan tekture kasar  bekas pahatan, tak ada cacat dirumah yang semua sisi terbuat kayu jati  ini. Di ruang keluarga, Soko guru terlihat menjulang, menompang  lima   balok kayu yang diukir atau sering disebut Tumpang Sari. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Di  bawah kayu Soko Guru terdapat ruang atau kamar seluas 4x6 meter yang  disekat dengan kayu jati ukir  yang sangat indah lebih indah dari ukiran  di pendopo. Saya tak berhenti terkagum-kagum melihat mahakarya Joglo  kudus, di setiap sudut ruangan keindahanya sangat memukau.

Ibu  Ullum tak kalah ramah, ia mengajak saya ke ruangan dengan lemari kayu  jati. Didalamnya beragam pernak- pernik barang sangat antik tersusun rapi. Piring, gelas, mangkok, vast bunga hingga barkas tua dari China dan Eropa tertata rapi.

Ini mungkin rumah terakhir saksi  kebesaran Sunan Kudus yang berhasil mendidik masyarakat Kudus menjadi  santri dan pedagang yang sukses, karena menurut peneliti rumah Joglo  kudus. H. Nur Said rumah Joglo Kudus tak bisa di lepaskan dari peran Sunan Kudus yang sukses mendorong para santrinya menjadi pedagang  sukses.

"Kalo kota Kudus dikenal sebagai kota santri dan kota  kretek, kota santri tidak lepas dari penyebaran Islam di kudus yg  dikenal ada 2 wali yang cukup populer Sunan Kudus dan Sunan Muria. Sunan  Kudus dikenal wali saudagar itu secara tidak langsung mempengaruhi  masyarakat Kudus sebagai Santri yg saudagar, maka di Kudus ini dikenal kata  "Gusjigang" bagus akhlaknya ngaji dan dagang. Orientasi keilmuan, ngaji dan dagang menjadi bagian dari identitas masyarakat Kudus yang pada akhirnya membuat perdagangan yang terbangun di sana juga berkembang"

Bahkan menurut H. Nur Said rumah  Joglo, jika ditarik lebih dalam ukiran Arsitektur Rumah Adat Kudus  merupakan pengaruh  budaya dari China, Eropa dan Persia, ukirannya itu juga  berkembang sejak jaman guru Sunan Kudus yaitu Kyai Tilingsing ulama  keturunan China yg popular sebagai ahli ukir.

Generasi terakhir

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
 Apa  yang ada lakukan bila diwarisi rumah joglo seharga 9 milyar, dijaga  atau dijual. Inilah dilema yang dialami pewaris rumah Joglo Kudusan  seperti Ullum, ia adalah  generasi ketiga yang  tinggal di rumah Joglo  Kudus.

Tak gampang mempertahankan rumah adat ini, meski sangat  mahal banyak sekali orang yang mencoba membeli rumah ini. Yang terjadi  memang demikian, banyak pewaris rumah Joglo  tergiur godaan para calo  dan menjual rumah adat mereka.  Hasilnya bisa dilihat sekarang, di Kudus  Barat yang dulunya  terdapat ratusan rumah adat kini  yang tersisa bisa  dihitung dengan jari. Dan keluarga Ullum mungkin adalah keluarga  terakhir yang tinggal di dalam rumah joglo.

Rumah Joglo Kudusan  adalah mahakarya seni yang dituangkan dalam bentuk rumah. Dibuat  dengan kayu jadi dengan ukiran yang sangat indah. Rumah Joglo Kudus   adalah  simbol kemajuan ekonomi para santri pedagang Kudus pada abad  18.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Bila terjual, rumah Joglo dibongkar dan dipindahkan, mungkin  tak mengapa kalau difungsikan kembali sebagai tempat tinggal tapi  kalau dijadikan museum pribadi tanpa ditinggali, meski dalilnya  konservasi saya kurang setuju, karena rumah tanpa dihuni, sama seperti  manusia tanpa nyawa, mati!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun