Atas jasa mas Dayak ketua yayasan Masjid Menara  Kudus,  saya dipertemukan dengan Ullum, meski awalnya agak malu-malu, pemuda sederhana ini akhirnya mengijinkan saya berkunjung ke rumahnya.
Dari  pintu masuk, rumah Joglo belum terlihat. Lorong kecil selebar 2 meter  saya susuri. Terlihat pintu jendela dengan warna khas coklat kehitaman  khas kayu jati. Lorong sempit itu teryata bermuara ke subuah taman yang  cukup besar dengan pohon Matoa di tengahnya. Tamannya sangat indah dan  rapi dengan batu krikil hitam sebagai lantai.
Ternyata rumah  Joglo terletak di sebelah kanan lorong menghadap ke taman, pantas saja  ketika masuk saya tidak melihat rumah Joglo. Dengan sangat  sopan  Ullum mempersilahkan saya masuk ke rumah. Jantung saya berdegup kencang  mata saya berbinar disajikan pemandangan luar biasa,  inilah keindahan  rumah Joglo Kudusan. ruangan pendopo penuh dengan ukiran yang unik dan  sangat detail sempurna. Warna coklat kehitaman kayu jati dan hiasan  kertas emas menambah megah laksana siangasana Raja.
Menurut  Ullum, rumah ini adalah rumah kakeknya yang dibeli dari seseorang yang  tidak ia ketahui. Kakek Ullum adalah pedagang cengkeh, dan pembuatan  perkakas rumah tangga, di depan rumah Joglo meski sudah tak terpakai  peralatan bengkel kakeknya masih tersimpan dengan rapi.
Sayapun  sangat beruntung, selain ruang pendopo,  saya diperbolehkan masuk dan  melihat ruangan keluarga. Pintu rumah sangat besar dengan tekture kasar  bekas pahatan, tak ada cacat dirumah yang semua sisi terbuat kayu jati  ini. Di ruang keluarga, Soko guru terlihat menjulang, menompang  lima  balok kayu yang diukir atau sering disebut Tumpang Sari.Â
Ibu  Ullum tak kalah ramah, ia mengajak saya ke ruangan dengan lemari kayu  jati. Didalamnya beragam pernak- pernik barang sangat antik tersusun rapi. Piring, gelas, mangkok, vast bunga hingga barkas tua dari China dan Eropa tertata rapi.
Ini mungkin rumah terakhir saksi  kebesaran Sunan Kudus yang berhasil mendidik masyarakat Kudus menjadi  santri dan pedagang yang sukses, karena menurut peneliti rumah Joglo  kudus. H. Nur Said rumah Joglo Kudus tak bisa di lepaskan dari peran Sunan Kudus yang sukses mendorong para santrinya menjadi pedagang  sukses.
"Kalo kota Kudus dikenal sebagai kota santri dan kota  kretek, kota santri tidak lepas dari penyebaran Islam di kudus yg  dikenal ada 2 wali yang cukup populer Sunan Kudus dan Sunan Muria. Sunan  Kudus dikenal wali saudagar itu secara tidak langsung mempengaruhi  masyarakat Kudus sebagai Santri yg saudagar, maka di Kudus ini dikenal kata  "Gusjigang" bagus akhlaknya ngaji dan dagang. Orientasi keilmuan, ngaji dan dagang menjadi bagian dari identitas masyarakat Kudus yang pada akhirnya membuat perdagangan yang terbangun di sana juga berkembang"
Bahkan menurut H. Nur Said rumah  Joglo, jika ditarik lebih dalam ukiran Arsitektur Rumah Adat Kudus  merupakan pengaruh  budaya dari China, Eropa dan Persia, ukirannya itu juga  berkembang sejak jaman guru Sunan Kudus yaitu Kyai Tilingsing ulama  keturunan China yg popular sebagai ahli ukir.
Generasi terakhir