Selepas doa, dia berdiri merentangkan tangan "Begini cara orang tua kami terbang" kata Raja Buria.
Pagi sekali kami sampe di negeri Buria. Meski tak berkabar, Raja Buria menyambut kami dengan antusias. Ia pun langsung mengajak kami ke tempat batu keramat yang konon tempat luluhur mereka untuk "tinggal landas" dan terbang.
"ini batu bati, batu keramat dibawa oleh leluhur ke sini. Kalau orang tua kami mau terbang semua orang kampung tahu. Tanda langit bicara. Awam semua turun, seperti mendung tebal, itu sudah pasti bapak kami suterbang" kata beliau
Raja Buria terengah, sekitar matanya memandang langit. Sebagai anak Raja Buria, dialah satu satu saksi mata yang pernah melihat bapaknya terbang.
"Ayah saya dulu waktu kecil pernah di culik suku bati. Menghilang entah berapa tahun. Sekembalinya dari suku bati dia punya keahlian terbang dan sakti. Sebelum diangkat jadi raja disini, ayah saya diadu dengan para kapitam di sini. Semua kalah. Lalu diangkat jadi raja di kampung ini" kata raja sambil terseyum.
Legenda orang bati, orang yang bisa terbang yang gemar meculik anak kecil memang menyebar di seluruh pulau Seram.
"Orang bati, mereka kalau meculik anak harus diikhlaskan, kalau ikhlash nanti kalau besar di pulang lagi ke rumah. Kalau kita tidak ikhlash, mati nanti anaknya. kalau di sini biar tidak diculik orang bati, penangkalnya pakai besi putih diikat di baju. itu sudah. Orang bati seng mau ambil"
Bapak raja bisa terbang.. dia hanya terdiam.
"Bapak Raja bisa terbang?"Â kata saya menyelidik.
"Ha.ha.ha.. tidak bisa" sejak muda saya merantau ke Jakarta, yah sempat jadi petinju nasional, pernah juga jadi lawan tanding elias pikal, pernah juga jadi preman di Bandung, jadi mungkin ilmunya hilang"Â kata raja sambil terkekeh.