“Boleh foto saya bang”,
“Boleh” kata saya.
Tak dinyana Deni langsung naik ke pohon durian setinggi kurang lebih 7 meter.
“Ok bang foto saya disini”.
Saya pun hanya terseyum sambil mengiyakan sambil ceprat cepret.
“Ok”
Saya sedang di Daerah Suliki, Payakumbuh Sumatera barat, bukanya tanpa sebab, disini masih sangat kuat cerita tentang berebut durian dengan Harimau, Inyiak begitu kata mereka.
Deni teman baru saya, saya temui di jalan sedang mengangkut durian satu keranjang penuh. Desanya adalah salah satu sentra durian di kecamatan Suliki. saaat musim 3.000 durian jatuh dalam sehari. Dan Deni anak muda ini adalah tokenya, tak ada satupun durian jatuh tanpa seijin darinya bisa keluar kampung.
Saya pun diajak Deni keliling kebun durian milik keluarganya
" musim ini bagus bang”..lalu ia mendekat ke saya sambil berbisik, “nanti Abang boleh ambil dari saya harga…….perbiji
Hmmm harga sangat murah di banding dikotanyaaa..hampir seperempat harga di Jakartaa. Saya pun manggut manggut saya, sebagai Jurnalis bukanya alergi berbisnis tapi bisnis duriaan terlalu riskan apalagi saya tahu durian hanya bertahan 3 hari setelah itu rusak tak enak lagi dimakan.
seperti tempat lain di Sumbar, kampung deni indah dengan bukit-bukit dan lembah berdampingan. Dari desanya pemandanga elok menghampar seperti ditatah saling melengkapi.
Didekat rumahnya, ada gubuk kecil tempat ia dan kelurganya biasa nangkring 24 jam menunggu durian jatuh. Nagari ini memang sangat menjaga kualitas duriannya tak satupun durian yang di jual adalah petikan.
“Ini si kunyiat” kata Deni dengan ejaan i njingkrak khas logat padang. Durian Kuniang dengan berat 3 kilo ini memang eunak, daging tebal sedikit seraat, manis tidak nahan dan sangat pulen dengan kadar air cukup tinggi jadi mengglotor ke tenggorokan. ummami kata mas hendra sih
i
Selepas sholat jum’at dan makan siang kami bergerak ke durian inyiak, lokasinya cukup jauh kami harus menggunakan mobil sekitar 15 menit, di sepanjang jalan parak durian menghampar enah berapa ratus hektar pantas saja dalam sehari deni bisa panen sampai 3000 ribu buah perhari..
Selepas mobil perjalan dilanjutkan jalan kaki, kakak ipar Deni Emak dengan anjing kecil dan payung warna warni menemani saya, sedangkan deni entaah kemana lenyap duluaan di depan. Satu yang saya luput adalah jarak yang saya lupa tanyakan, karena saya piker dekat, air minum saya tinggal di mobil. Dan memang yang saya takutkan terjadi, lokasi sangat jauh dengan kombinasi jalan naik turun, nafas saya sampai terengah -engah mengikuti jalan Emak, mana saya sudah sembab keringat, terik matahari siang dan jalan yang menanjak jadi kombinasi yang ampuh menguras tenaga saya. hampir mampus saya !!!, mimpi makan durian inyak lenyap otak saya cuma teriak air-air!!!....jantung saya pun sudah berdegup sangat kencang..telinga saya berdengung mau pingsan.
Di depan Deni sedang asik menggaruk garuk pohon bersama pak tuaaa..saya seperti melihat oasis, ayal saya tinggi mungkin itu pohon yang ada airnya kayak pilm pilm petualang di tv, minum dari kayu berair ..wah pasti jadi cerita seru nih.bisa exis di istagram, path, fb ehmmm..
“Bang ini kemenyan ndak ada kan di Jawa”. Kata Deni Polos
Deniiii!!!!!!... lo kira gw Tuyul Gendurwo doyan kemenyan, gw haus mau matiiii nihh Deniii!!!!!... kata saya sumpah serapah