Mohon tunggu...
Turangga Wulung
Turangga Wulung Mohon Tunggu... -

Pengamat sosial, politik dan agama.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Omong Kosong Industri Wisata Halal

21 Desember 2017   20:18 Diperbarui: 21 Desember 2017   20:29 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara wisata halal, satu kata terbersit; Omong Kosong. Kenapa omong kosong, karena yang terjadi sebenarnya bukanlah benar-benar implementasi nilai-nilai Islami, namun komersialisasi agama--dalam hal ini Islam--oleh industri kapitalistik. Tujuan besarnya bukan peningkatan keimanan atau kemaslahatan umat, namun mengeduk keuntungan sebesar-besarnya dari pasar kelas menangah muslim yang sedang berkembang pesat saat ini, baik di Indonesia maupun dunia.

Industri wisata halal tak lebih dari varian industri wisata secara umum. Serupa dengan bank syariah yang hanyalah label subbrand baru dalam dinamika dunia perbankan dunia, begitu pula wisata halal. Ia hanyalah cara, strategi, positioning baru yang sekarang tengah nge-trend sejalan dengan trend varian wisata lainnya.

Adalah absurd dan konyol jika naiknya tren wisata halal dipahami sebagai semakin naiknya religiusitas masyarakat kita. Alih-alih demikian, tren wisata halal justri indikasi sebagai profan dan hedonisnya keberagamaan kaum menengah perkotaan kita, dan dunia. Bahwa ada anjuran untuk umat muslim menjelajahi muka bumi demi mencari pengetahuan dan pembelajaraan atas budaya dan bangsa lain, namun yang terjadi dengan wisata halal adalah penjelajahan ke spot-spot untuk kemudian memamerkannya kepada khalayak ramai tentang sebuah pencapaian semu dalam hidup.

Tentu saja insight semacam ini tidak akan disampaikan oleh pemerintah, apalagi pelaku wisata halal itu sendiri. Sama juga tak akan pelaku bisnis perbankan syariah membocorkan praktek pengelolaan keuangan di belakang label indah syariahnya yang sebenarnya tak ada beda dengan pengelolaan bank konvensional. Dan bisa jadi, meski publik diberi tahu akan hal ini, mereka tidak akan mau peduli atau enggan berubah.

Karena apa?

Karena imaji dan ilusi tentang 'halal' nya sebuah wisata terlampau menyilaukan. Karena terlalu banyak kita yang lebih mementingkan label dan kulit pada semua hal yang kita jalani, sehingga label halal yang merujuk pada kehidupan yang makin islami amat sangat menggoda. Susah untuk mengajak manusia muslim sekarang memaknai kehidupan keberagaamaannya secara mendalam, serta lebih mudah mengajak mereka menikmati kesemuan label islam, salah satunya lewat wisata halal ini.

Jadi, lain kali Anda akan berwisata halal, coba tengok niatan Anda apa. Apakah wisata halal sebagai upaya menjalani perintah Tuhan akan pencarian pembelajaraan kehidupan di muka bumi, ataukah hanya pamer pencapaian semu semata?

Salam wisata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun