Sudah dua kali saya dan suami melewatkan perjalanan bersama Magic Bus. Pasalnya Magic Bus mengunjungi arena bermain dan akuarium (semacam Sea World) yang tiket masuknya sama dengan anggaran belanja mingguan kami. Akhirnya hanya bisa berharap semoga setelah mendapat Working Permit nanti, saya cepat dapat kerja. Agar bisa ikut kemana pun Magic Bus pergi. Amiin. Kompasianer yang membaca tulisan ini tolong amin-kan doa dan harapan saya ya:)
Ternyata rezeki datang dari arah yang tak terduga. Tiba-tiba ada pengumuman mengenai Magic Bus yang akan berangkat hari Sabtu, 19 Februari 2011. Pengumuman tersebut ditempel di setiap pintu kamar. Bunyinya: "As a Vi***** Resident you will receive free admission to Cincinnati Children Museum. We will be leaving from the Vi***** shuttle stop at 10:08!" Alhamdulillah, akhirnya bisa ikut jalan-jalan lagi. Dua hari sebelum hari H, kami pun mendaftar ke Resident Assistant melalui email.
Di hari H, kami benar-benar bersemangat. Beberapa menit sebelum bus datang, kami sudah siap di halte. Peserta rombongan tidak terlalu banyak, tapi karena ada beberapa anak kecil yang ikut suasananya jadi lebih menyenangkan. Saat bertemu dengan kami, Ian, Resident Assistant di apartemen kami, sempat berkata, "I'm so excited."
Tepat pukul 10.08 EST, bus pun berangkat. Di halte-halte berikutnya tidak ada lagi penumpang baru. Sekitar pukul 10.30 EST, bus meninggalkan halte Student Union - Wright State University (SU-WSU). Bus pun melaju kencang di jalan tol menuju ke Cincinnati. Perjalanan saat itu memakan waktu sekitar satu jam. Sekitar pukul 11.30 EST kami pun sampai di komplek Cincinnati Museum at Union Terminal yang megah itu.
Berdasarkan pengumuman di apartemen, awalnya kami mengira hanya akan mengunjungi Children Museum. Ternyata di gedung kuno tersebut ada tiga museum penting, yakni Museum Anak, Museum Sejarah dan Museum Sains. Karena kami hanya punya waktu 2,5 jam, acara menikmati museum jadi agak terburu-buru. Sebenarnya bisa saja kami ikut bus terakhir yang akan menjemput pada pukul 16.30 EST. Tapi karena pertimbangan lain, kami memutuskan untuk pulang dengan bus yang akan datang pada pukul 14.00 EST.
[caption id="attachment_91447" align="aligncenter" width="400" caption="tampak depan Cincinnati Museum at Union Terminal"][/caption]
[caption id="attachment_91452" align="aligncenter" width="400" caption="lobi utama CMC at Union Terminal"]
Museum yang pertama kami kunjungi adalah Duke Energy Children's Museum. Dari lobi utama kami harus turun ke ruang bawah tanah dengan eskalator. Museum tersebut didirikan pada tahun 1998 dan saat ini menjadi salah satu dari 10 museum anak terkemuka di Amerika Serikat. Museum yang dirancang untuk batita sampai anak-anak berumur dua belas tahun ini menawarkan beragam permainan menarik dan kreatif.
[caption id="attachment_91465" align="aligncenter" width="400" caption="pintu masuk museum anak"]
Untuk yang lebih besar ada Kids Town, yakni area bermain yang berisi berbagai fasilitas layaknya sebuah kota. Disana ada miniatur toko kelontong dimana anak belajar memahami transaksi jual-beli, kantor pos untuk mengirim surat, restoran, bengkel, dan masih banyak lagi. Anak-anak berumur 4-8 tahun bisa bermain Lego. Dari lego tersebut, mereka membuat menara, rumah, jembatan atau apapun sesuai imajinasi mereka. Ada pula Water Works yang mengenalkan anak pada konsep penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari. Dari permainan tersebut anak-anak melihat aliran air dari dataran tinggi ke dataran rendah, kincir yang diputar dengan aliran air yang deras, serta mengetahui prinsip kerja bendungan dan kanal. Tidak perlu takut basah, karena disana disediakan jas plastik berwarna kuning.
Anak-anak berusia sekitar 8 - 12 tahun bisa bermain dengan tema outdoor, misalnya: eksplorasi gua dan bermain layaknya di hutan. Juga ada Just Like Me yang merupakan cerita nyata tentang 8 anak dari berbagai negara. Disana anak-anak belajar mengenal budaya negara lain, termasuk mainan dan alat musiknya. ada pula laboratorium sederhana yang menambah wawasan anak tentang astronomi, kehidupan binatang, dan pengetahuan khusus mengenai pekerjaan seorang engineer. anak-anak pun didorong untuk terus bertanya dan belajar mengenai apa saja yang ingin mereka ketahui. Prinsipnya: Don't stop to ask: WHY?
Setelah puas menikmati Museum Anak, kami pun naik kembali ke lobi utama menuju ke Museum of Natural History and Science. Masuk ruangan museum, kami disambut dengan replika Masthodon atau gajah purba. Dari situ kami menuju ruang infomasi sains yang langit-langitnya dihiasi dengan kulit ular yang telah mengering. Ada pula kutu kering yang setelah dilihat melalui mikroskop ternyata seperti sekumpulan orang yang sedang mengadakan pesta pernikahan. Sebelum masuk ke ruang pamer utama, kami kembali disuguhi replika Dinosaurus yang kali ini bisa bergerak dan bersuara.
[caption id="attachment_91502" align="aligncenter" width="400" caption="pintu masuk museum sains"]
Selanjutnya kami masuk ke ruangan yang didekor seperti area outdoor. Dengan penataan ruang yang artistik, kami benar-benar seperti berada di hutan belantara lengkap dengan binatang purba di sekitarnya. Petualangan diakhiri dengan melihat ruangan labarotarium yang bisa dinikmati dari luar. Staf-staf di lab tersebut bertugas melakukan pemeliharaan barang-barang koleksi museum. Di luar ruangan, ada seorang petugas yang siap menjawab pertanyaan pengunjung dengan gayanya yang santai.
Waktu tinggal setengah jam lagi. Kami pun bergegas keluar dan memasuki museum ketiga yakni Cincinnati History Museum. Begitu masuk kami disambut dengan replika mobil kuno. Dengan diiringi senyuman hangat dari petugas informasi, kami pun menuju ke ruang pertama yang berisi beberapa miniatur suasana kota Cincinnati di tahun 1900 - 1940an. Dari miniatur tersebut terlihat bahwa Cincinnati termasuk kota niaga yang maju. Ohio River benar-benar memberikan dampak positif pada perkembangan Cincinnati. Bila anda mengenal perusahaan Procter & Gamble (P&G), di Cincinnati-lah awal berdirinya. Trem yang saat ini menjadi moda transportasi penting di Eropa pun pernah jaya di kota tersebut. Sayangnya trem tersebut kini sudah tinggal kenangan saja. Tidak hanya miniatur kota, tapi benda-benda kuno dan peran warga Cincinnati di perang dunia II pun terekam disana. Termasuk gambar Uncle Sam yang sangat legendaris itu. [caption id="attachment_91526" align="aligncenter" width="400" caption="mobil kuno di Cincinnati History Museum"]
Semakin kedalam, suasana klasik makin terasa. Kami seperti masuk ke era Amerika Serikat di awal 1900-an. Untuk menambah kesan alami, beberapa orang tampil berpakaian kuno dan memperagakan apa yang pernah benar-benar dilakukan oleh penduduk Amerika di masa lalu, misalnya: membersihkan peralatan yang digunakan di ladang. Ada pula kapal yang seakan sedang bersandar di pinggir sungai diiringi bunyi percikan air. Kita bisa masuk ke kapal tersebut dan merasakan suasananya. Benar-benar seperti tengah berada di kehidupan di masa lalu dan menikmati alam aslinya. Tidak seperti pengalaman sebelumnya dimana museum adalah tempat yang sangat serius, di Museum Sejarah Cincinnati ini terasa santai seperti sedang jalan-jalan menikmati kota tua.
Rasanya belum puas mengunjungi komplek museum ini. Tapi waktu untuk pulang sudah tiba. Sambil menunggu Magic Bus datang, kami sempatkan berfoto di depan gedung. Berada di kota Cincinnati, kami merasakan suasana yang sangat berbeda dibanding Dayton. Megah dan lebih metropolis. Kunjungan ke Cincinnati Museum at Union Terminal kali itu memberi sudut pandang lain mengenai Amerika dan budayanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H