Rentetan adegan bagaimana profiler mengintip pemikiran para pelaku pembunuhan dan menggambarkannya kembali menjadi sebuah cerita yang terkait. Walau awalnya terdengar seperti tidak masuk akal, tetapi seperti puzzle yang akan lengkap berubah menjadi gambaran yang semakin jelas dan akhirnya bisa dimengerti semua pihak, menjadi sesi tersendiri yang menarik perhatian saya.Â
Tantangan tidak berhenti saat pelaku pembunuhan tertangkap, membuat mereka mau mengaku tanpa terkecuali dari semua pembunuhan nyatanya penuh dengan jebakan dan bisa saja membuat pelaku bebas dari tanggung jawab penuh.Â
Kebenaran akan datang dari sabar dan mendengarkan, kalau boleh saya tarik kalimat singkat dari penggambaran sesi tersebut.
Perlu dipuji di sini selain banyak dialog yang menyentuh perasaan, juga akting para pemain. Para detektif yang seperti nyata menggambarkan emosi yang terkuras dan psikis yang terusik dalam memecahkan kasus. Tidak kalah juga akting para pembunuh, mereka bisa memperkuat ketegangan yang muncul dalam tiap adegan. Bukan hanya dari gerakan tubuh, ekspresi wajah, tatapan mata tetapi juga tutur kata. Hebatnya ketegangan itu bukan hanya muncul saat adegan pembunuhan terjadi, tetapi juga pada saat mereka dengan santai mengurai cerita kepada Song-ha tentang hal-hal telah mereka lakukan.
Bila tertarik, luangkan waktu untuk menikmati 12 episode berdurasi kurang lebih 60 menit setiap episodenya. Persiapkan diri untuk melihat gambaran tentang trauma batin, masalah perilaku dan gangguan kejiwaan. Bagaimana sebuah alasan sederhana dapat menjadi alasan seseorang untuk berperilaku brutal bahkan membunuh berkali-kali.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H