Berbeda dengan metode konvensional yang masih banyak mengandalkan hafalan, pendekatan STEM menekankan pada pemecahan masalah dan pengembangan keterampilan berpikir kritis.Â
Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga fasilitator yang membimbing siswa dalam mengeksplorasi berbagai tantangan dan mencari solusi inovatif.
Indonesia, yang juga tengah berupaya memperkuat pendidikan STEM, dapat mengambil beberapa pelajaran berharga dari Malaysia.Â
Salah satunya adalah memperkuat kebijakan nasional yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.Â
Saat ini, upaya pengembangan STEM di Indonesia masih terfragmentasi dan belum memiliki arah kebijakan yang kuat seperti di Malaysia.Â
Diperlukan komitmen lebih besar dari pemerintah dalam hal alokasi anggaran, penyediaan sarana dan prasarana, serta peningkatan kapasitas tenaga pendidik.
Selain itu, keterlibatan industri di Indonesia juga perlu ditingkatkan.Â
Dunia usaha dan industri harus lebih aktif dalam mendukung pembelajaran STEM di sekolah-sekolah, baik melalui penyediaan program magang, pemberian beasiswa, maupun dukungan terhadap pengembangan laboratorium.Â
Dengan adanya keterlibatan sektor industri, siswa akan lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja dan tidak hanya terbatas pada pemahaman teori semata.
Penerapan metode pembelajaran yang lebih aplikatif juga menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia.Â
Kurikulum STEM harus lebih menekankan pada proyek-proyek nyata yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif.Â