Merokok adalah kebiasaan yang merugikan kesehatan, baik bagi perokok aktif maupun pasif. Sayangnya, banyak remaja, termasuk siswa sekolah, mulai mengenal rokok sejak dini. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, sekitar 9,1% anak usia 10-18 tahun telah mencoba merokok. Ini menunjukkan betapa seriusnya permasalahan ini di kalangan pelajar.Â
Oleh karena itu, pendidikan anti-merokok bagi siswa menjadi langkah strategis yang harus dilakukan untuk mencegah generasi muda terjerumus dalam kebiasaan merokok.
Siswa adalah kelompok yang rentan terhadap pengaruh lingkungan, termasuk ajakan untuk merokok. Banyak di antara mereka yang tergoda untuk mencoba rokok karena pergaulan, tekanan teman sebaya, atau bahkan karena iklan rokok yang masih ditemukan di berbagai media.Â
Sebuah penelitian dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) mengungkapkan bahwa sekitar 57% pelajar di Indonesia terpapar iklan rokok, baik di televisi, media cetak, maupun internet. Jika tidak diberikan pemahaman yang cukup sejak dini, kebiasaan ini bisa berlanjut hingga dewasa dan membawa dampak negatif bagi kesehatan serta produktivitas mereka di masa depan.
Pendidikan anti-merokok bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai bahaya merokok bagi kesehatan. Selain itu, pendidikan ini juga memberikan mereka keterampilan untuk menolak ajakan merokok dari lingkungan sekitar.Â
Dengan adanya pemahaman yang baik, siswa dapat membuat keputusan yang lebih bijak mengenai kesehatan mereka sendiri. Data dari WHO menyebutkan bahwa merokok menyebabkan lebih dari 8 juta kematian setiap tahunnya, termasuk 1,2 juta kematian akibat perokok pasif yang hanya terpapar asap rokok dari orang lain.Â
Hal ini menjadi bukti nyata bahwa dampak merokok tidak hanya dirasakan oleh perokok itu sendiri, tetapi juga oleh orang-orang di sekitarnya.
Merokok bukan hanya merugikan kesehatan, tetapi juga memengaruhi berbagai aspek kehidupan siswa. Siswa yang merokok cenderung mengalami gangguan kesehatan seperti bronkitis, asma, dan peningkatan risiko penyakit jantung di usia muda.Â
Tak hanya itu, mereka juga lebih rentan mengalami penurunan prestasi akademik karena gangguan konsentrasi dan kelelahan akibat efek nikotin dalam tubuh. Sebuah survei dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa siswa yang merokok memiliki kemungkinan lebih besar untuk bolos sekolah dan mengalami penurunan prestasi akademik dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Agar pendidikan anti-merokok efektif, perlu adanya integrasi dalam kurikulum sekolah, penyuluhan yang berkelanjutan, serta pendekatan yang lebih emosional dan visual agar siswa lebih memahami dampak negatif dari merokok. Salah satu cara yang efektif adalah dengan memperlihatkan kondisi paru-paru perokok melalui gambar atau video edukatif.Â
Selain itu, sekolah harus menerapkan kebijakan ketat terhadap larangan merokok di lingkungan sekolah serta melibatkan orang tua dalam upaya pencegahan ini. Peran orang tua sangat penting, karena kebiasaan merokok sering kali dimulai dari lingkungan keluarga yang permisif terhadap rokok.
Selain memberikan edukasi mengenai bahaya merokok, siswa juga harus diberikan alternatif kegiatan positif yang bisa mengalihkan perhatian mereka dari rokok, seperti olahraga, seni, atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Dengan terlibat dalam aktivitas yang bermanfaat, siswa akan lebih fokus pada pengembangan diri mereka tanpa perlu mencari kepuasan dari rokok.
Pendidikan anti-merokok bagi siswa adalah langkah preventif yang sangat penting dalam melindungi generasi muda dari bahaya merokok. Dengan pendidikan yang tepat, siswa dapat memahami risiko merokok dan memiliki keterampilan untuk menolak ajakan merokok.Â
Dengan adanya kerja sama dari berbagai pihak, termasuk sekolah, keluarga, dan masyarakat, diharapkan angka perokok remaja dapat menurun secara signifikan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI