Di era digital yang serba cepat ini, dua istilah yang sering muncul adalah FOMO (Fear of Missing Out) dan JOMO (Joy of Missing Out).Â
Kedua istilah ini menggambarkan cara seseorang merespons lingkungan sosialnya, terutama dalam penggunaan media sosial.Â
FOMO mengacu pada rasa takut ketinggalan sesuatu yang menyenangkan atau penting, sementara JOMO adalah kebalikannya—perasaan bahagia karena tidak ikut serta dalam suatu tren atau kegiatan.Â
Keduanya mempengaruhi kehidupan kita secara berbeda, baik secara emosional maupun dalam pengambilan keputusan sehari-hari.
FOMO sering kali muncul akibat eksposur berlebihan terhadap media sosial.Â
Ketika seseorang melihat teman-temannya mengunggah foto liburan ke Bali, menghadiri konser band favorit, atau sekadar makan di restoran mahal, muncul perasaan "Aku juga harus melakukan itu."Â
Rasa takut ketinggalan ini membuat orang cenderung mengambil keputusan berdasarkan tekanan sosial daripada keinginan pribadi.Â
Misalnya, seseorang yang awalnya tidak terlalu suka konser tiba-tiba membeli tiket mahal hanya karena melihat teman-temannya pergi.Â
Begitu juga dalam dunia investasi, banyak orang terjebak dalam FOMO ketika melihat orang lain meraup keuntungan dari bisnis online, sehingga mereka ikut berinvestasi tanpa riset yang matang.
Contoh nyata lainnya adalah dalam dunia kuliner. Misalnya, ketika ada restoran baru yang viral di media sosial, orang-orang berlomba-lomba untuk mencobanya.Â
Bahkan ada yang rela antre berjam-jam hanya demi memposting foto makanan yang sama dengan yang sedang tren.Â