Mohon tunggu...
Tundung Memolo
Tundung Memolo Mohon Tunggu... Penulis - Tentor dan Penulis Buku, dll

Mendapat kesempatan mengikuti diklat dan lomba hingga ke luar kota dan luar negeri dari kementerian sehingga bisa merasakan puluhan hotel bintang 3 hingga 5. Pernah mendapat penghargaan Kepsek Inspiratif Tingkat Nasional Tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Yuk, Kepoin Tren 'Mi Bangladesh' yang Menjamur di Jakarta

2 Februari 2025   15:15 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:06 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mi Bangladesh (Sumber : Dokumen Pribadi)

Dalam beberapa bulan terakhir, tren kuliner di Jakarta kembali menghadirkan sesuatu yang baru dan menarik perhatian banyak pecinta makanan. Salah satu fenomena yang sedang berkembang pesat adalah popularitas mi Bangladesh, yang semakin banyak ditemukan di berbagai restoran dan kedai makanan. 

Makanan ini bukan hanya sekadar hidangan mi biasa, tetapi juga menawarkan cita rasa khas yang berbeda dari mi yang sudah lebih dulu populer di Indonesia, seperti mi ayam atau ramen.

Asal usul mi Bangladesh dapat ditelusuri dari negara asalnya, yakni Bangladesh, yang memiliki tradisi kuliner kaya dengan perpaduan pengaruh India, Persia, dan Asia Tenggara. Mi ini sering disajikan dengan bumbu rempah yang kuat dan khas, mencerminkan warisan budaya kuliner Asia Selatan. Di Bangladesh, mi sering dimasak dengan rempah-rempah seperti kunyit, jintan, kapulaga, dan kayu manis, serta dipadukan dengan daging, sayuran, atau bahkan seafood untuk menciptakan rasa yang kompleks dan kaya.

Munculnya tren mi Bangladesh di Jakarta tidak lepas dari meningkatnya keberadaan komunitas Bangladesh di Indonesia, baik sebagai pekerja, mahasiswa, maupun pengusaha. Dengan semakin banyaknya warga Bangladesh yang menetap di Jakarta, kebutuhan akan makanan khas mereka pun meningkat. 

Akibatnya, beberapa restoran mulai menyajikan menu khas ini, dan lambat laun masyarakat lokal pun mulai tertarik untuk mencicipinya. Peran media sosial juga tidak bisa diabaikan dalam mempercepat penyebaran tren ini. Foto-foto mi Bangladesh dengan tampilan menggugah selera yang diunggah ke Instagram, TikTok, atau YouTube membuat banyak orang penasaran dan ingin mencobanya.

Salah satu keunikan mi Bangladesh adalah cara penyajiannya yang berbeda dari mi pada umumnya. Tekstur mi yang digunakan sering kali lebih kenyal dan sedikit lebih tebal dibandingkan dengan mi instan yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Bumbu yang digunakan juga lebih kaya rempah, menghasilkan rasa yang tajam dan mendalam. Beberapa varian mi Bangladesh yang populer meliputi mi dengan kuah kental berbasis kari, serta mi goreng pedas yang sering kali disajikan dengan telur rebus atau potongan daging kambing.

Di Jakarta sendiri, beberapa restoran yang mulai menyajikan mi Bangladesh mengalami lonjakan pengunjung, terutama dari kalangan muda yang gemar mencoba tren makanan baru. Konsep fusion juga mulai bermunculan, dengan beberapa kedai mencoba mengadaptasi mi Bangladesh dengan sentuhan lokal agar lebih cocok di lidah masyarakat Indonesia. Beberapa restoran misalnya, menambahkan sambal khas Indonesia atau mengombinasikannya dengan topping seperti bakso dan kerupuk, menciptakan variasi yang lebih menarik bagi pelanggan lokal.

Popularitas mi Bangladesh ini juga bisa dilihat sebagai bagian dari tren globalisasi kuliner, di mana makanan dari berbagai belahan dunia semakin mudah diakses dan diterima oleh masyarakat di luar negara asalnya. Sama seperti bagaimana ramen dari Jepang, kimchi dari Korea, atau bubble tea dari Taiwan bisa menjadi fenomena di Indonesia, mi Bangladesh pun memiliki potensi untuk menjadi bagian dari kuliner yang lebih luas di Tanah Air.

Namun, seperti halnya tren makanan lainnya, pertanyaannya adalah apakah mi Bangladesh akan tetap bertahan atau hanya menjadi tren sesaat. Hal ini sangat bergantung pada seberapa kuat restoran-restoran yang menyajikannya mampu menjaga kualitas dan inovasi dalam penyajian mereka. Jika terus berkembang dengan variasi menu dan penyesuaian rasa yang tetap mempertahankan keaslian cita rasanya, bukan tidak mungkin mi Bangladesh bisa menjadi bagian dari kuliner Indonesia yang lebih mapan dalam jangka panjang.

Selain itu, keberlanjutan tren ini juga bisa didukung oleh faktor lain seperti harga yang kompetitif dan kemudahan aksesibilitasnya. Jika harga mi Bangladesh tetap terjangkau bagi masyarakat luas, serta tersedia di lebih banyak tempat---misalnya di warung-warung kecil atau bahkan dijual dalam bentuk mi instan---maka peluangnya untuk bertahan dalam pasar kuliner Jakarta akan semakin besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun