Pendidikan telah mengalami transformasi besar sejak kemunculan teknologi digital.Â
Jika dahulu akses ke pendidikan berkualitas hanya terbatas pada mereka yang mampu secara finansial atau yang diterima di universitas ternama, kini batasan tersebut semakin kabur.Â
Platform pembelajaran daring seperti Coursera telah membuktikan bahwa pendidikan berkualitas bisa diakses oleh siapa saja, di mana saja.Â
Namun, pertanyaannya adalah, apakah sistem pendidikan Indonesia sudah siap mengadopsi model seperti ini?
Coursera didirikan pada tahun 2012 oleh dua profesor dari Stanford University, Andrew Ng dan Daphne Koller. Tujuan mereka sederhana namun revolusioner: mendemokratisasi pendidikan dengan membuka akses ke kursus dari universitas dan institusi terbaik dunia.Â
Melalui model ini, siapa pun yang memiliki koneksi internet bisa belajar langsung dari profesor Harvard, Yale, MIT, atau bahkan perusahaan teknologi besar seperti Google dan IBM.Â
Hal ini tentu mengubah lanskap pendidikan global, menciptakan kesempatan baru bagi individu yang mungkin tidak memiliki akses ke universitas konvensional.
Keunggulan utama dari Coursera terletak pada fleksibilitasnya. Tidak seperti pendidikan tradisional yang terikat oleh ruang dan waktu, Coursera memungkinkan siapa pun untuk belajar sesuai dengan ritme mereka sendiri.Â
Materi disajikan dalam bentuk video, bacaan, serta tugas-tugas interaktif yang dapat diakses kapan saja. Ini sangat menguntungkan bagi pekerja profesional yang ingin meningkatkan keterampilan mereka tanpa harus meninggalkan pekerjaan, atau bagi mahasiswa yang ingin memperdalam pengetahuan di luar kurikulum kampus mereka.
Di tingkat global, platform ini telah digunakan oleh jutaan orang, dengan negara seperti Amerika Serikat, India, dan Tiongkok menjadi pengguna terbesar.Â