Mohon tunggu...
Tundung Memolo
Tundung Memolo Mohon Tunggu... Penulis - Tentor dan Penulis Buku

Pembelajar yang senantiasa suka akan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

'Nikah Dini' Siklus Kehidupan yang Tak Pernah Usai di Desa Miskin Ekstrem

29 Januari 2025   10:10 Diperbarui: 29 Januari 2025   09:42 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan yang sama, dengan keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan, sehingga memperpanjang siklus kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pemerintah telah berupaya menekan angka pernikahan dini, salah satunya dengan menaikkan batas minimal usia menikah bagi perempuan menjadi 19 tahun. 

Namun, regulasi semata tidak cukup. Di desa-desa miskin ekstrem, pernikahan dini tidak terjadi karena kurangnya aturan, melainkan karena kurangnya pilihan hidup yang lebih baik. Tanpa pendidikan yang memadai, tanpa peluang kerja yang layak, tanpa pemahaman akan risiko kesehatan, pernikahan dini akan terus menjadi "jalan keluar" bagi banyak keluarga miskin.

Memutus rantai kemiskinan ekstrem dan pernikahan dini memerlukan pendekatan yang lebih dari sekadar kebijakan administratif. 

Pendidikan harus menjadi prioritas utama, bukan hanya sebagai hak, tetapi sebagai instrumen perubahan sosial. Program pemberdayaan ekonomi bagi keluarga miskin ekstrem juga harus diperkuat agar orang tua tidak lagi melihat pernikahan dini sebagai solusi bertahan hidup. 

Selain itu, sosialisasi mengenai hak-hak anak dan dampak pernikahan dini harus terus diperluas agar masyarakat memahami bahwa pernikahan di usia muda bukan jalan keluar, melainkan jebakan yang justru memperpanjang penderitaan.

Pada akhirnya, upaya menghapus kemiskinan ekstrem dan menekan angka pernikahan dini bukan hanya soal meningkatkan kesejahteraan ekonomi, tetapi juga membangun kesadaran sosial bahwa setiap anak berhak atas masa depan yang lebih baik. 

Memastikan mereka mendapatkan akses pendidikan yang layak dan pilihan hidup yang lebih luas adalah investasi bagi bangsa ini. Sebab, tanpa itu semua, kita hanya akan terus menyaksikan siklus kemiskinan yang berulang dari generasi ke generasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun