Banyak orang tua berpikir, “STEM? Anak saya kan masih PAUD, belajar nyanyi atau mengenal huruf saja sudah cukup.” Tapi tunggu dulu, sebenarnya STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) bukan soal membuat anak menjadi ilmuwan cilik yang serius.
Pembelajaran STEM untuk anak usia dini lebih tentang mengasah rasa ingin tahu, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis yang alami dimiliki anak. Dengan kata lain, belajar STEM di PAUD itu seperti membangun fondasi rumah: kokoh dan siap menopang masa depan mereka.
Tujuan utama pembelajaran STEM di PAUD adalah mengenalkan anak-anak pada cara berpikir yang terstruktur, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi dunia di sekitar mereka.
Anak-anak usia PAUD secara alami adalah ilmuwan kecil. Mereka senang bertanya, mencoba, dan mencari tahu. Misalnya, saat mereka bertanya, “Kenapa langit warnanya biru?” atau “Kenapa balon bisa terbang?” itu adalah momen berharga untuk mengenalkan sains secara sederhana.
Anak-anak belajar melalui eksplorasi, dan pendekatan STEM memberikan kesempatan untuk mengasah keterampilan ini secara menyenangkan dan relevan dengan usia mereka.
Contohnya, dalam pembelajaran sains di PAUD, guru atau orang tua bisa mengajak anak bermain eksperimen sederhana seperti mencampur air dengan minyak. Anak-anak bisa mengamati bagaimana keduanya tidak bercampur, lalu dijelaskan konsep dasar tentang kepadatan.
Atau, ketika bermain dengan balok bangunan, anak-anak sebenarnya sedang belajar dasar-dasar teknik, seperti bagaimana membangun struktur yang stabil. Dalam matematika, mengenal pola atau menghitung benda di sekitar mereka adalah langkah awal untuk memahami angka dan logika.
Di Finlandia, negara yang terkenal dengan sistem pendidikannya yang inovatif, pembelajaran STEM dimulai sejak usia dini. Anak-anak diajak bermain di luar ruangan untuk mengenal sains dari alam secara langsung.
Misalnya, mereka mempelajari siklus hidup tanaman dengan menanam biji-bijian sendiri. Aktivitas ini tidak hanya mengajarkan sains, tetapi juga membangun kesabaran dan rasa tanggung jawab. Sementara itu, di Amerika Serikat, banyak program PAUD yang menggunakan teknologi interaktif, seperti aplikasi pendidikan atau robot kecil sederhana, untuk mengenalkan koding secara dasar.
Anak-anak diajak bermain dengan robot yang bisa bergerak mengikuti instruksi sederhana, membantu mereka memahami logika pemrograman tanpa merasa seperti “belajar” dalam arti yang kaku.
Di Singapura, pembelajaran STEM juga diterapkan sejak dini melalui permainan berbasis eksplorasi. Anak-anak dikenalkan pada konsep sains dengan cara yang sangat praktis, seperti mengamati fenomena alam (hujan atau pelangi), lalu diajak berdiskusi tentang apa yang mereka lihat.