Selain itu, penting bagi kurikulum untuk memberikan ruang bagi eksperimen dan eksplorasi dalam pembelajaran STEM. Kurikulum Merdeka, yang memberi kebebasan lebih kepada guru untuk merancang pembelajaran, dapat mendorong guru untuk mengadopsi metode pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan koding dan teknologi.Â
Dengan memberikan kebebasan kepada guru untuk merancang pengalaman belajar yang relevan dengan konteks siswa, mereka dapat memanfaatkan berbagai sumber daya teknologi yang ada untuk menciptakan pengalaman yang menarik dan aplikatif.
Namun, tantangan berikutnya adalah soal ketimpangan akses terhadap teknologi di tingkat siswa. Di beberapa daerah, banyak siswa yang tidak memiliki perangkat yang memadai untuk mengikuti pelajaran berbasis teknologi, atau mereka mungkin memiliki akses yang terbatas ke internet.Â
Untuk mengatasi hal ini, perlu ada kebijakan yang lebih inklusif dalam menyediakan perangkat dan fasilitas yang mendukung pembelajaran berbasis STEM. Beberapa solusi seperti memberikan bantuan perangkat atau memfasilitasi akses internet di daerah-daerah yang membutuhkan bisa menjadi langkah awal yang penting.
Dengan kata lain, mengintegrasikan STEM dan koding ke dalam Kurikulum Merdeka bukan hanya soal menambahkan mata pelajaran baru, tetapi tentang menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih terbuka dan adaptif terhadap perubahan zaman.Â
Keberhasilan ini bergantung pada sinergi antara kebijakan pemerintah, pengembangan kapasitas guru, serta penyediaan infrastruktur dan akses yang merata bagi semua siswa. Jika tantangan ini dapat diatasi dengan baik, maka pendidikan Indonesia akan mampu melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, tetapi juga siap berkompetisi di dunia yang semakin bergantung pada teknologi dan inovasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI