Mohon tunggu...
Tundung Memolo
Tundung Memolo Mohon Tunggu... Penulis - Kepala Sekolah, CEO Litbang Indomatika, Tentor/Pembimbing Olimpiade Matematika, penulis, dll

Mendapat kesempatan mengikuti diklat dan lomba hingga ke luar kota dan luar negeri dari kementerian sehingga bisa merasakan puluhan hotel bintang 3 hingga 5. Pernah mendapat penghargaan Kepsek Inspiratif Tingkat Nasional Tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mikir 10 Kali untuk Sekadar Sharenting

26 Januari 2025   15:15 Diperbarui: 26 Januari 2025   15:07 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Sharenting, atau kebiasaan orang tua memposting foto, video, atau informasi pribadi tentang anak mereka di media sosial, sebenarnya adalah fenomena yang menarik sekaligus penuh risiko. Di satu sisi, kita bisa memahami kenapa banyak orang tua merasa bangga dan ingin berbagi momen kebahagiaan mereka dengan dunia. Tapi di sisi lain, ada bahaya besar yang sering luput dari perhatian.

Salah satu hal paling mengkhawatirkan adalah soal privasi anak. Anak-anak ini, yang belum punya suara atau pilihan untuk menentukan apa yang mereka ingin bagikan ke publik, otomatis jadi "eksis" tanpa persetujuan mereka. Informasi yang diunggah bisa bertahan selamanya di internet, bahkan setelah dihapus. Kebayang nggak sih, anak-anak itu nanti mungkin bakal merasa malu atau nggak nyaman karena masa kecil mereka terpampang jelas untuk dilihat semua orang?

Yang bikin makin serem, sharenting juga bisa membuka peluang buat orang-orang dengan niat jahat. Data seperti nama lengkap, tanggal lahir, lokasi, bahkan kebiasaan anak yang secara nggak sadar terpampang di unggahan orang tua, bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang nggak diinginkan, seperti pencurian identitas atau bahkan kejahatan seksual. Hal yang kelihatannya sepele, seperti foto anak lagi main di taman dengan nama taman yang disebut, bisa aja jadi "peta" buat orang asing dengan niat buruk. Serem, kan?

Selain itu, ada risiko soal hubungan anak dan orang tua di masa depan. Bayangin kalau nanti anak-anak ini tumbuh besar dan mendapati bahwa sebagian besar kehidupan mereka, dari momen lucu sampai yang memalukan, sudah dipamerkan ke dunia tanpa mereka setuju. Bisa jadi mereka merasa nggak dihargai atau bahkan kesal karena privasi mereka dilanggar sejak kecil.

Fenomena sharenting ini juga menimbulkan pertanyaan etis: sejauh mana orang tua punya hak untuk "mendokumentasikan" hidup anak mereka di ranah publik? Apakah kebanggaan sebagai orang tua bisa mengesampingkan hak anak atas privasi? Jawabannya mungkin nggak sederhana, tapi yang pasti, anak-anak juga berhak memiliki kontrol atas narasi hidup mereka sendiri.

Jadi, meskipun sharenting kelihatan seperti hal biasa yang dilakukan hampir semua orang tua di era digital ini, ada baiknya kita berhenti sejenak dan berpikir panjang. Apa yang kita unggah hari ini bukan cuma soal mendapatkan like atau komentar dari teman-teman, tapi juga soal masa depan anak-anak kita. Internet nggak pernah lupa, dan tanggung jawab kita sebagai orang tua adalah memastikan bahwa jejak digital mereka nggak jadi sumber masalah di kemudian hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun