Beberapa waktu lalu, saya diundang oleh sebuah lembaga untuk berdiskusi di sebuah restoran di Grand Hyatt. Restoran tersebut menghadap ke Wisma Nusantara. Jendelanya terbuat dari kaca besar. Jadi bisa melihat pemandangan luas mulai dari Wisma Nusantara, Hotel Indonesia, Hotel Mandarin Oriental, dan tentu saja Monumen Selamat Datang.
Saya lantas berpikir, bila saya tidak mendapat undangan dari lembaga ini, apakah mungkin saya makan di tempat ini dan menikmati pemandangan indah tersebut? Rasanya tidak. Sekali makan di restoran ini, rasanya tidak cukup dengan uang serratus atau dua ratus ribu. Pasti lebih dari itu.
Saya melanjutkan lamunan saya, kapan bisa menikmati pemandangan Patung Selamat Datang dan bangunan mewah di sekitarnya lagi dari sudut pandang terbaik? Saya tak yakin bisa melakukannya dalam satu dua bulan berikutnya. Sulit bagi kantong saya untuk membayar tarif restoran tersebut. Sekali makan, nilainya bisa setara dengan jatah beras satu bulan untuk seluruh  anggota keluarga saya.
Awalnya saya sempat ragu, apakah bisa menikmati kembali pemandangan indah sekitar Monumen Selamat Datang dalam waktu dekat. Ternyata, keraguan saya terjawab. Saya bisa menikmati pemandangan indah jantung Ibukota Jakarta dengan mudah, murah, dan sesering yang saya suka.
Anies Baswedan telah menjawab dan menyediakan hal tersebut. Dia, telah  membangun halte TransJakarta di sekitar Bundaran HI lengkap dengan anjungan untuk menikmati pemandangan indah di pusat Jakarta tersebut.
Hebatnya lagi, tidak harus orang berduit dan berkantong tebal yang bisa mengaksesnya. Siapa pun yang menggunakan moda TransJakarta, bisa berhenti di halte tersebut dan menikmati pemandangan indah di sekitar Monumen Selamat Datang sambal berswafoto dari angle terbaik.
Pembangunan Halte Trans Jakarta di Bundaran HI dengan fasilitas anjungan tersebut membuktikan kepekaan Anies Baswedan. Ia memahami apa yang dirasakan warganya. Pemimpin yang baik, memang sudah seharusnya memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan warganya.
Sekarang, saya tak  perlu bingung lagi untuk melihat pemandangan indah ikon sekaligus jantung Jakarta. Hanya dengan naik transportasi umum, saya bisa merasakan keindahannya. Tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk menikmati pemandangan indah di daerah tersebut.
Kebijakan Anies membangun halte dengan fasilitas anjungan di Bundaran HI, membuktikan komitmennya dalam membangun kesetaraan. Bukan hanya orang berkantong tebal yang bisa dan berhak menikmati keindahan seputar Bundaran HI. Semua warga, berhak dan bisa menikmatinya tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Â
Saya benar-benar menikmati kebijakan-kebijakan Anies  yang terus berkomitmen membangun kesetaraan bagi siapa saja. Sebelumnya, saya sudah sangat suka dengan pilihannya membangun Pelican Cross Tosari. Meski kadang tidak disadari orang, pelican cross tersebut nyatanya bisa memberikan kenyamanan dan membangun kesetaraan.
Untuk pertama kalinya, saya sebagai pejalan kaki mendapat penghargaan dari pengendara motor, bahkan mobil mewah. Pengguna kendaraan bermotor mau antre menunggu pejalan kaki yang melintas. Tidak arogan menyerobot jatah pejalan kaki seenaknya. Dulu, hal tersebut tak pernah terjadi.
Pemimpin yang baik, memang harus menciptakan sistem yang bisa menggaransi seluruh warganya. Bukan sekadar seremonial dan pencitraan semata. Sudah saatnya, Indonesia memiliki pemimpin yang bisa membangun kebijakan dan sistem yang dampaknya bisa dirasakan oleh seluruh rakyat. Bukan hanya dinikmati kalangan tertentu.
Pemimpin yang keren adalah dia yang bisa menjamin kemanan, kenyamanan, dan kesetaraan bagi semua. Bukan pemimpin yang hanya lempar-lempar kaos, buku, atau topi kepada rakyat. Seolah-olah, cara seperti itu bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H