Mohon tunggu...
K.R. Tumenggung Purbonagoro
K.R. Tumenggung Purbonagoro Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Pengamat dan Suka Menulis Twitter: twitter.com/purbonagoro

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melihat Karakter Suneo-Giant vs Doraemon dalam Koalisi PSI-PDIP di DPRD DKI

28 September 2021   10:59 Diperbarui: 28 September 2021   12:03 5358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah nonton serial Doraemon khan? Film kartun asal Jepang tersebut selain menampilkan dua karakter utama Nobita dan boneka ajaibnya Doraemon, juga menampilkan karakter antagonis yaitu Suneo dan Giant. Suneo bertubuh kecil, tetapi tajir-mlintir. Karakternya banyak bicara dan 'licik'. Sementara Giant, tubuh besar tetapi - mohon maaf -- agak bodoh. Giant tak cakap bernyanyi, suaranya sumbang dan jika bernyanyi banyak dihindari orang.

Suneo yang cerdik namun licik itu selalu'memprovokasi'Giant berbuat jahat pada teman-temannya. Giant yang bodoh itu selalu mengikuti saja apa kata Suneo, menjahili Nobita dan Doraemon dalam setiap kesempatan, bahkan minta PR kepada Dekisugi. Ujung ceritanya selalu sama, koalisi Suneo dan Giant pada akhirnya akan selalu kalah dan berujung permintaan maaf pada teman-temannya. Selalu ada pelajaran di akhir ceritanya: orang kaya dan orang-orang besar yang pengen menang sendiri pada akhirnya akan kalah dan harus meminta maaf atas perbuatannya sendiri. Begitulah film anak-anak itu berujung.

Jika kita amati, perseteruan abadi koalisi PSI-PDIP di DPRD DKI Jakarta versus Gubernur DKI Jakarta mirip kisah film kartun Doraemon. PSI itu karakternya mirip Suneo: kecil, tajir, usil dan suka tampil. Sementara PDIP karakternya mirip Giant: besar namun suaranya kalah lantang dibanding rekannya PSI.

PSI itu partainya kecil, isinya kebanyakan orang tajir. Di DPRD DKI Jakarta jumlah perolehannya hanya 8 kursi (bahkan di nasional tidak lulus parliamentary threshold), tapi mereka banyak bicara dan selalu ingin tampil. Caranya, cara saban hari mengkritik Gubernur DKI Anies Baswedan.

Belakangan ini PSI menginisiasi hal interpelasi atas rencana penyelenggaraan Formula E oleh Pemprov DKI. Awalnya sendiri, lalu ajak PDIP. Tanpa pikir panjang, PDIP masuk dalam koalisi interpelasi. PDIP cukup percaya diri, jumlah suaranya gemuk, punya 25 kursi. Digabung dengan PSI menjadi 33 kursi.

Jumlah di atas sebenarnya masih jauh dari cukup, karena diperlukan lebih dari 50 kursi untuk memuluskan interpelasi. Mereka mencoba melakukan agitasi terhadap tujuh fraksi lain untuk masuk dalam koalisi. Alih-alih bergabung, tujuh fraksi lain tersebut malah deklarasi membela Gubernur DKI.

Tapi koalisi PSI-PDIP tetap saja nekat maju. Bemper utamanya tentu PDIP, tetapi suara nyaringnya pastinya selalu dari PSI. Mirip sekali dengan pasangan Suneo dan Giant bukan?

Kita lihat saja nanti, siapa yang memenangkan permainan interpelasi ini? Kalau dalam film Doraemon sich, pememangnya selalu sudah bisa ditebak. Namun selalu saja ada pelajaran yang bisa dipetik akhir film: Suneo sebenarnya baik hati, cuma kurang bisa menahan diri untuk beratraksi. Sementara Giant juga sebenarnya baik hati, cuma kadang suka kurang mawas diri.<>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun