Mohon tunggu...
K.R. Tumenggung Purbonagoro
K.R. Tumenggung Purbonagoro Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Pengamat dan Suka Menulis Twitter: twitter.com/purbonagoro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adab Anies Baswedan pada Leluhur Sumedang Larang

17 Juni 2021   06:43 Diperbarui: 17 Juni 2021   13:00 3092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamar Anies Baswedan di Gedung Negara / dokpri

oleh RM. Tumenggung Purbanegara

Alkisah, tanpa menyebut nama, seorang penyanyi nasional asal Yogyakarta secara khusus mendapat undangan manggung di Kota Sumedang. Sebagai tamu kehormatan, pelantun lagu-lagu dengan musik synthetizer tersebut diinapkan di salah satu kamar di Gedung Negara, yang tiada lain juga merupakan rumah jabatan Bupati Sumedang. Gedung warisan colonial tersebut sudah berumur lebih dari 170 tahun.

Tanpa dinyana, tengah malam penyanyi tersebut tergopoh-gopoh lari keluar kamar ketakutan. Katanya ada mahluk halus yang mengganggu di kamar tersebut. Entah siapa yang mengerjakan, kasur tempat tidurnya terangkat sendiri, katanya. Itulah yang membuatnya memutuskan untuk tidak menginap di gedung tersebut. Dia memutuskan untuk pindah menginap di hotel.

Kisah ini diceritakan oleh Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di pagi hari. Padahal malamnya Anies menginap di salah satu kamar di gedung tersebut. Hari itu (Jumat, 11 Juni 2021), Gubernur Anies Baswedan memang sedang berkunjung ke Sumedang untuk sebuah acara penandatangan MoU kerjasama ekonomi antar BUMD DKI Jakarta dengan BUMD Kabupaten Sumedang.

"Untung Bapak ceritanya pagi ini. Kalau tahu dari tadi malam, saya nyalakan video recording sebelum tidur, biar ada rekamannya in-case ada kegaduhan hahaha...", kata Anies sambil kelakar, merespon cerita tersebut.

"Btw, bagaimana tidurnya semalam, Pak?", tanya Bupati Dony.

"Nyenyak dan damai!", jawab Anies.

"Saya yang tidak bisa tidur, Pak heee. Sebab deg-degan, kuatir kalau Pak Anies tengah malam tiba-tiba lari keluar kamar, seperti penyanyi itu," Kata Bupati.

"Tapi alhamdulillah, Bapak sudah dinyatakan lulus! Lulus menginap di Gedung Negara tanpa didatangi penunggu", imbuh Bupati Dony lagi.

Bupati Dony bahkan "mentahbiskan" kelulusan Gubernur Anies tersebut dalam pidato resminya saat acara penandatanganan MoU kerjasama ekonomi Sumedang-Jakarta di Desa Tolengas, Kecamatan Tomo. Acara itu turut dihadiri oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan masyarakat Sumedang.

"....... Hari ini istimewa. Pak Anies semalam sudah menginap di Gedung Negara. Beliau bisa tidur dengan pulas tanpa ada gangguan apapun. Pak Anies sudah saya nyatakan lulus!", demikian salah satu kutipan pidato Bupati Dony dalam acara tersebut. Hadirin yang mayoritas warga Sumedang asli, riuh-rendah tepuk tangan seakan memberikan ucapan selamat kepada Anies.

Kamar Anies Baswedan di Gedung Negara / dokpri
Kamar Anies Baswedan di Gedung Negara / dokpri

Gedung Negara Sumedang memang sudah berusia ratusan tahun. Gedung itu mulai dibangun pada tahun, 1796 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten dan baru selesai pada tahun 1850 pada masa Bupati Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Soegih). Bisa kebayang khan, suasana mistis ruangan-ruangan pada bangunan Belanda tersebut? Temboknya tebal, atapnya tinggi, serta ruang-ruang kamar yang luas namun sepi nan creepy.

Belum lagi, di lingkungan bangunan tersebut juga disemayamkan benda-benda pusaka warisan kerajaan Sunda kuno dan kerajaan Sumedang Larang. Di situ tersimpan mahkota Binokasih, yaitu mahkota raja terakhir kerajaan Pakuan Pajajaran (Sunda pra-Islam). Ceritanya, setelah Kerajaan Pajajaran bubar (1579), empat orang utusan bangsawan mengirimkan mahkota tersebut kepada Pangeran Angkawijaya (Prabu Geusan Ulun) selaku Nalendra Sumedang Larang (yang sudah memeluk Islam).

Pemberian mahkota emas seberat 5 kg tersebut secara simbolik merupakan legitimasi kepada Kerajaan Sumedang Larang sebagai pewaris sah kerajaan Pajajaran yang telah bercerai-berai. Mahkota tersebut masih tersimpan rapih bersama benda-benda pusaka lainnya. Dilihat dari tahunnya, umur mahkota tersebut sudah lebih dari 500 tahun.

Ada juga keris Naga Sastra milik Pangeran Kornel yang anti kolonial. Keris tersebut dikenal sebagai simbol perlawanan Kerajaan Sumedang Larang terhadap kolonial Hindia-Belanda. Saat bersalaman dengan Kolonel Dendels, dia berjabat tangan menggunakan tangan kiri sementara tangan kanannya memegang keris Naga Sastra. Sikap itu sebagai ekspresi bentuk perlawanannya terhadap kerja rodi pembangunan jalan Panarukan -- Anyer yang melewati Sumedang. Selain keris, terdapat ratusan koleksi senjata peninggalan masa lalu baik dalam bentuk pedang, kujang, tombak, dan bahkan rencong.

Mengingat usia dan koleksi benda-benda klasik yang ada di kompleks Gedung Negara, tak heran jika berkembang cerita-cerita mistis seputar lokasi, bangunan, dan benda-benda yang ada di dalamnya. Kisah tentang diganggunya seorang penyanyi kenamaan dari kamar tidur Gedung Negara hanyalah salah satunya saja.

Ziarah Dulu ke Makam Pangeran Santri

Mungkin banyak yang bertanya, kenapa orang lain yang menginap di Gedung Negara biasanya ada yang 'mendatangi' dari dunia lain, sementara Anies Baswedan malah bisa tidur nyenyak tanpa ada gangguan apapun? Anies dinyatakan "lulus"! Alih-alih mendapat gangguan dari mahluk astral, Anies malah mendapatkan sambutan luar biasa dari Bupati, jajaran birokrat, dan masyarakat kota penghasil tahu tersebut.

Rupanya sebelum sampai ke Gedung Negara, Anies sudah sowan dulu ke Kompleks Pesarean Gede,yang terletak di Kampung Pesarean, Kota Sumedang. Di kompleks tersebut dimakamkan generasi pertama pendiri kerajaan Sumedang Larang, yaitu Pengeran Santri. Juga terdapa makam Pengeran Kornel sebagaimana diceritakan secara singkat di atas. Anies Baswedan datang ziarah ke makam ditemani langsung oleh juru kunci utama yang juga keturunan langsung Pengeran.

Ziarah makam Pengeran Santri / dokpri
Ziarah makam Pengeran Santri / dokpri
Siapakah Pangeran Santri? Pengeran Santri adalah julukan, nama lainnya adalah Pangeran Koesoemadinata I atau Ki Gedeng Sumedang atau Maulana Solih (1530-1578). Disebut Pangeran Santri karena perilakunya yang berakhlak mulia sebagai hasil dari gemblengan pendidikannya di pesantren.

Meski bukan keturunan langsung bangsawan Sumedang Larang, Pangeran Santri dianggap sebagai peletak pertama garis kerajaan Sumedang Larang Islam. Asalnya dari Cirebon, merupakan cucu Syekh Maulana Abdurahman atau Pangeran Panjunan dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut. Jika ditelusur, silsilahnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Pangeran Santri menikah dengan Nyai Ratu Pucuk Umun, yang tiada lain adalah keturunan langsung raja Sumedang kuno. Saat menikah, Ratu Pucuk Umum memang sudah memeluk Islam, sehingga keturunan selanjutnya dididik secara Islam. Dari pernikahannya dengan Pangeran Santri, Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya. Prabu Geusan Ulun inilah yang mendapat kehormatan warisan mahkota Binokasih dari Kerajaan Pajajaran pasca keruntuhannya. Sejak penyerahan mahkota tersebut, centrum peradaban Sunda otomatis juga berpindah ke Kerajaan Sumedang Larang. Jika peradaban Sunda di era Kerajaan Pajajaran masih belum Islam, di era Sumedang Larang sudah Islam.

Sampai di sini paham khan, kenapa Anies Baswedan aman-aman saja menginap salah satu kamar keramat di Gedung Negara? Jawabannya, ternyata sebelum masuk Gedung Negara, Anies telah terlebih dahulu sowan (ziarah) ke sesepuh yang menjadi pangkal pertama peradaban Sumedang Larang.

Anies memang dikenal sebagai salah satu pemimpin negeri yang selalu mengedepankan keberadaban. Ia tahu dirinya sedang sowan di wilayah yang menjadi jantung peradaban Sunda. Ia tahu adab bertamu: yang senior musti lebih dihormati, yang leluhur diziarahi terlebih dahulu.

Anies Baswedan & keluarga Bupati Dony Ahmad Munir / dokpri
Anies Baswedan & keluarga Bupati Dony Ahmad Munir / dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun