Kali ini saya lagi mood & ada waktu luang buat nulis resensi bukunya mantan Ketua Panwaslukada DKI Jakarta. Sebenernya saya rada nggak enak untuk nulis resensi ini, karena sad ending story sih..tapi karena waktu itu sudah bilang mau diresensi-in ke si pengarang buku (sehingga dikirimin gratis buku ini ke kantor wahahaha…) yaudah-lah-yah berikut ini resensi buku versi saya :
Buku ini saya terima tanggal 3 Desember tahun lalu, ketika saya baru masuk kantor kembali setelah dinas luar selama sepekan. Sebenarnya buku ini sudah tiba di kantor saya beberapa hari sebelumnya, karena saya dinas luar tadi..jadi belum bisa membaca buku ini secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Setelah menerima buku ini pun, saya tidak langsung membacanya, karena saya terpaksa harus cuti ke luar kota yang dibiayai uang Negara (ini kapan mulai resensinya woi !!???)
Intinya buku yang berbentuk komik ini diterbitkan oleh penerbit Rumah Demokrasi ditulis oleh Ramdansyah, mantan Ketua Panwaslukada DKI Jakarta. Dulu saya kenal Beliau di Puskapol UI (Bang Ramdan sering jadi peneliti cabutan…kalo diibaratkan sopir, mungkin sopir tembak hehehe pissss ye Bang yee..). komik ini sebenarnya merupakan rangkaian karya tulis dari Bang Ramdan (begitu biasa saya menyapa) karena pada awal pemilukada DKI Beliau juga membuat komik terkait Pilkada Jakarta yang berjudul “KOMIK PILKADAL ; DIMINUM SEBELUM NYOBLOS DAPAT MENGHILANGKAN PEDIH DAN PERIH AKIBAT SALAH NYOBLOS” (tapi waktu itu saya nggak dibagi komik pertamanya, padahal udah minta (nah lagian minta beli dong !)...mungkin Beliau sibuk sekali).
Di bagian awal komik ini terdapat puisi yang berjudul ‘Untuk Warga Jakarta’, ya maklumlah Bang Ramdan ini mempunyai banyak profesi yang salah satunya adalah seniman, jadi suka bikin puisi, sajak, atau apa pun yang berkaitan dengan karya sastra. Di bagian pengantar terdapat sub judul ‘Pesta “kenakalan” Atas Nama Demokrasi’ di sini penulis mengkomparasi antara demokrasi rezim Orba dengan pemilukada DKI tahun 2012 yang saya nilai kurang ‘seimbang’ untuk diperbandingkan. Kenapa kurang seimbang ? Karena memperbandingkan antara pemilu legislatif di era Orba dengan pilkada DKI tahun 2012, sebagaimana kita ingat (kalo gak salah inget) pemimpin daerah jaman Orba yang ditunjuk oleh pusat dan merupakan kader partai penguasa.
Tidak seperti komik/cergam politik yang serius dan berat, komik ini berisi dialog dan gambar yang segar dan lucu seputar Pilkada DKI. Selain membahas beberapa teori, yang banyak mengutip quote dari para tokoh, komik ini juga menyisipkan opini penulis yang dimuat di beberapa media massa selama Pemilukada DKI (hlm. 50, 75, 134, 146, 182, 194).
Kelemahan dari komik ini adalah alur cerita yang kurang mengalir, penulisan banyak yang salah ketik (typo) sehingga sering menimbulkan penafsiran yang lain dan mengurangi kenyamanan dalam membaca, padahal ini buku serius ... ada ISBN-nya loh ! Mungkin kalau nanti cetak ulang, perlu di taklik (proofreading)lebih lanjut. Selain itu, ada penggambaran yang jika jeli diamati bisa “bermasalah”, karena siluet burung garuda di podium cagub ada yang kepalanya menoleh ke kiri ! (hlm.106-107).
Yang unik dari komik ini adalah banyaknya pencitraan dari penulis komik ini, di mana buku-buku karyanya banyak digambarkan (seperti promosi) juga gambar-gambar dan foto-foto, terlebih menjelang halaman akhir (hlm. 192-193)terdapat identifikasi penulis yang menggambarkan cirri khas dari penampilan fisik penulis (dari ujung rambut sampe ujung kaki) seperti : kaca mat anorak, gigi ompong, baju gambar logo Ketua Panwaslu, kantong celana (boke sambil koprol), celana jeans non formal, sampai sepatu kets merah-nya juga diidentifikasi..ck..ck..ck..(Bang..gak malu apa !? Narsis banget sih!)
Terus sad ending-nya mana ? Nah nggak ada di komik ini ! mungkin belum sempat digambarkan, karena komik ini dicetak pada Oktober 2012, nah Bang Ramdan diberhentikan oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) secara tetap pada akhir bulan Oktober (31 Oktober 2012) padahal masa jabatannya seharusnya berakhir pada bulan Desember 2012. Tapi, nggak apa-apa juga sih, karena secara teknis tugas Panwas berakhir pada 7 Oktober 2012, masak mau digaji sampai Desember 2012 (jadi bisa menghemat uang rakyat deh). Terimakasih banyak ya Bang Ramdan sudah menjadi Ketua Panwaslu, terimakasih juga atas komik gratisnya, segala kritik dan saran ditujukan untuk kemajuan dan kesuksesan Bang Ramdan juga ke depan. Saya doakan semoga Bang Ramdan bisa lebih baik lagi, di dalam maupun luar struktur (apa coba ? absurd banget)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H