Roda kehidupan memang tidak dapat ditebak. terkadang kita harus benar-benar sadar dan siap untuk menjalani segala suka, duka dan cita yang teracik rapi pada peta kehidupan. ada kalanya kita harus berjuang tak kenal lelah kemudian sebuah perjuangan itu di maknai tak berharga terhadap orang yang kita perjuangkan, dan disaat itu pula kita harus mampu menopang segala pelik harapan yang telah di hempaskan.
Cinta memang dapat merubah kita menjadi kuat, "Stronger" karenanya pula kita berjuang hingga sampai pada titik penghabisan, konon lagi itu terjadi pada keluarga yang sudah memang menjadi tanggung jawab sendiri. Harus rela menahan hiruk-pikuk kehidupan ditengah keringat yang bercucuran, pergi pagi pulang petang hingga tak dapat menikmati sinar yang cerah tanpa keringat. Tapi dibalik itu cinta juga terkadang menyakitkan, semua upaya sudah kita lakukan demi melakoni sebuah kebahagiaan, namun! upaya itu tandas, nyaris tak berbekas makna keringat yang sudah terbias.
Keadaan hidup seperti yang sudah tergariskan pada seorang lelaki ini. "He is a good man" pria yang sering bergelut di dunia montir sederhana, harus berjuang memberi kenyamanan terhadap pengendara demi keluarga meski hasil tak seberapa tapi itu adalah perjuangan karena cinta.
Karena kebesaran cinta ia berjuang, lelah tak menjadi alasan tuk berkeluh! karena cintanya pula ia harus menelan kenyataan pahit tentang keadaan rumah tangganya.
Mengenai siapa yang mengalami tentang kisah yang menyedihkan kita tak perlu tahu terlalu banyak, namun yang perlu kita ketahui ialah bagaimana mengambil sebuah pelajaran kehidupan yang sangat mengharukan sebagaimana ia derita.
Awalnya kisah ini di muat di sebuah media sosial. sempat menjadi Viral bahkan menjadi perbincangan publik di dunia maya. Sebab apa yang ia alami sungguh benar-benar menyayat dan menyentuh hati para netizen saat membacanya.
Kisah tersebut menceritakan seorang pemuda yang menikah diusia muda (20 tahun). Sehari-hari ia menjalani hidup sebagai montir (bengkel motor) untuk memenuhi tanggung jawabnya selaku kepala keluarga. Selama jenjang waktu pernikahan ia dikaruniai 2 buah hatinya. Dengan beban yang semakin berat ia harus rela kerja lembur hingga larut untuk menambah penghasilan demi kebutuhan yang terus meningkat. Dan baginya itu tidaklah masalah sebab ia berjuang karena cinta, cintanya yang besar terhadap anak dan istrinya.
Perjuangan tak hanya untuk kebutuhan sandang pangan dan papan dalam lingkup kebutuhan sehari-hari, tetapi ternyata ia juga berjuang atas nama pendidikan sang istri yang diketahui sedang menempuh sekolah tinggi di salah satu universitas tempat tinggalnya. Biaya yang begitu besar tak ia hiraukan demi sebuah cita-cita dan angan sang istri pilihan hatinya, lagi-lagi ia melakukan itu semua demi cinta dan atas kebesaran cinta kepada keluarganya.
Kini, aroma wisuda telah tercium baunya. Itu berarti sang istri sudah berada pada harapannya untuk mennggandeng gelar sarjana, tetapi wisuda adalah hari yang akan menghabiskan biaya yang besar. Uang senilai Rp 10 juta hendak di dapat darimana?
Tapi itu tak membuatnya berhenti bertindak, ia terus berusaha bagaimanapun caranya, entah itu ngutang sana-sini ia tak perduli yang penting baginya ini merupakan kebahagiaan yang harus dirasakan oleh istri tercintanya, begitulah arti sebuah perjuangkan tanpa kenal "Stop Fighting"
Hari kebahagiaan itu telah usai di rayakan, gelar sarjana telah di genggam. Namun waktu berjalan hingga larut membawa hari beberapa windu. Keseharian istrinya semakin aneh, ada yang berjalan tak semestinya. Tampak perubahan sikap mengelabui istrinya, seperti ada yang utak-atik pikirannya. Entah itu gengsinya yang berlebihan dan tak terima kenyataan karena seorang sarjana hidup bersama montir sederhana. Tak lama setelah itu, mereka dinyatakan berpisah "sudah tak cocok lagi," begitu kata sang istri. Tanpa ia berpikir dua kali untuk meninggalkan rumah tanpa permisi.
Cinta yang dibangun seorang lelaki montir sederhana kini telah usai dengan kehadiran gelar sarjana, seolah terjadi ketimpangan hingga berpisah adalah jalan yang dipilih oleh istrinya. Padahal seorang perempuan itu hanya tidak menyadari siapa yang sebenarnya berjuang dibalik gelar sarjananya. Akankah ia mampu menyelesaikannya tanpa campur tangan sang suami, biaya yang begitu mahal bertubi-tubi dikeluarkan tanpa enggan dan kini setelah meraihnya justru ditinggalkan. Inikan balasan cinta yang tulus seorang montir? "Really touching."
Ya inilah peta kehidupan sebenarnya, terkadang kita sudah melakukan yang terbaik untuk orang yang kita kasihi tetapi itu pun tak dipandang cukup, berjuang mati-matian bukanlah sebuah gurauan di tengah malam, atau candaan ditengah riuh gelak tawa. Itu mempertaruhkan takdir dengan mengeris keringat sepanjang waktu sampai akhir. Begitupun belum cukup, lalu kalau sudah demikian apa sebenarnya yang dicari istri? Kemewahan? Kebahagiaan? kekayaan? Jabatan dari gelar sarjananya? Hmmm, tidak! Justru ia baru saja meninggalkan itu semua, apa-apa yang dicari telah di dapat sudah sejak lama, hanya saja ia tak menyadari, tak mau membuka mata dengan bijak apa yang sebelumnya di tempuh lelaki sederhana itu demi gelar sarjananya. Tapi percayalah, sebuah kebaikan pasti akan menyertai siapa yang berbuat baik, begitu juga sebaliknya. Cerita hidupnya takkan berhenti secepat itu, Â namun percayalah bahwa hal istimewa pasti akan terjadi kepadanya atas kebesaran cinta, kasih serta daya juangnya yang tiada tara demi sebuah keluarga.
Membaca kisah ini apa yang hendak kita petik, bahwa berjuang penuh cinta dan kasih sayang belum tentu cukup membuat kita bahagia setelah meraihnya, Konon lagi kita berjuang sekiranya tanpa ada rasa tanggung jawab sedikitpun, dan untuk kamu perempuan, hargailah lelaki yang rela bercucuran keringat demi memperjuangkan mu, bukan berarti sarjana itu membawamu kepada kebahagiaan paling nyata, apalagi sampai kau tidak menyadari bahwa gelar yang kau genggam itu adalah buah jerih payahnya. Dan ketika kau tinggalkan pria sebaik mereka, itu merupakan kesalahan terbesar yang kau lakukan di sepanjang hidupmu.
Aceh, 28 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H