Ketika saya berada di tahun terakhir SMA, saya melihat kenyataan bahwa jurusan Pertambangan merupakan salah satu jurusan yang favorit dan terlihat keren di mata teman-teman saya. Begitu pun ketika saya berkunjung ke acara Open House bekas kampusnya Soekarno, booth dan seminar (fakultas) jurusan Pertambangan ramai sekali ditongkrongin oleh anak-anak berbaju putih abu-abu seperti saya (kala itu).
Dua potongan kejadian tersebut memang tidak aneh rasanya jika kita melihat kenyataan bahwa dunia pertambangan itu bisa dibilang sebagai ladangnya duit. Itu tercermin dari besarnya gaji para pegawai atau pekerjanya.
Namun, para ahli gali-menggali ini harus rela masuk ke dalam hutan yang jauh dari keramaian kota besar (beserta fasilitasnya), atau ke tengah lautan luas. Nah, ini sangat cocok bagi mereka para penikmat tantangan atau pencari pengalaman. Kelak di masa tuanya, dengan bangga mereka bisa menceritakan itu semua pada cucu (bahkan cicit) mereka sambil minum kopi dan makan pisang goreng di Minggu sore. :)
Satu lagi godaannya. Umumnya waktu kerja mereka langsung dipatok lama (jangka panjang) untuk kemudian bisa menikmati liburan. Berbeda dengan PNS atau pekerja kantoran pada umumnya yang libur di hari Sabtu dan Minggu tiap pekannya. Jadi, mereka harus tahan berbulan-bulan lamanya untuk tidak pulang menemui keluarga.
Ya, setimpal lah ya. Setidaknya gumpalan rasa kangen yang mereka kumpulkan itu bisa ditumpahkan ketika masa cuti (yang bisa sebulan lamanya) sudah datang.
Pendek kata, status sebagai 'pegawai tambang' bisa mengangkat derajat diri kita, dan tentunya keluarga juga akan ikut kecipratan citra tersebut, terutama orangtua kita.
Enak banget ya, selain kebutuhan ekonomi, kebutuhan sosial pun bisa sekalian ikut terpenuhi. Idaman banget dah! :D (gaya anak Jakarta)
Satu poin yang patut dijaga dan diperhatikan, 'Harus tetap rendah hati'.hehe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H