Sebelum melanjutkan perjalanan ke Tanjung Layar, kami diajak melintasi Bukit Senyum. Dari tempat rahasia itu, kami bisa menikmati kecantikan Samudra Hindia dari ketinggian.
Tibalah kami di Tanjung Layar, pantai dengan dua tebing besar menyerupai layar yang menjadi ikon wisata Sawarna. Ciptaan Tuhan ini sangat menakjubkan, kami tak henti mengucap syukur.
[caption caption="Perahu nelayan di Sawarna berbaris rapi sebelum digunakan melaut pada sore hari. Melaut menjadi salah satu poekerjaan utama penduduk Sawarna. Foto diambil pada Selasa (5/1/2016) di Pantai Pasir Putih. FOTO: TULUS MULIAWAN"]
Hikmah
Liburan kami semakin lengkap karena kami tidak hanya melihat kekayaan alam Indonesia di Sawarna, tetapi juga belajar mengenai kearifan lokal dari penduduk setempat.
Orang Sawarna sangat ramah, mereka menyapa para pelancong dengan senyum hangat. Di samping itu, mereka tetap memegang teguh budaya leluhur dengan menjaga kelestarian alam.
“Orang-orang di sini senang karena kalau tamu-tamu datang pemasukan kami jadi bertambah,” kata Ade (32), tukang ojek yang menyambi sebagai penjaga penginapan dan pemandu wisata.
“Kami maunya pemerintah serius menggarap wisata ini, mulai dari merapikan jalanan sampai menambah akses angkutan masuk supaya tamu-tamu terus bertambah,” ujar Ade melanjutkan.
Selama ini, akses menuju pantai hanya bisa dilalui dengan motor. Mobil diparkir jauh dari pantai karena tidak ada jalan langsung yang memungkinkan untuk dilalui kendaraan roda empat.
ELF yang langsung menuju Sawarna juga hanya ada satu dari Pelabuhan Ratu. Sisanya, pelancong bisa menggunakan ELF menuju Bayah, lalu turun di pertigaan Sawarna, dan menyambung ojek.
[caption caption="Dasar laut Pantai Karang Bereum terlihat jelas dari permukaan, Selasa (5/1/2016). Berbagai macam satwa dan tumbuhan laut hidup di kawasan ini. FOTO: TULUS MULIAWAN"]