Satu pagi di pelajaran bahasa Inggris semua anak kelas 4 disebuah SD di Bogor duduk rapi jali muka mereka bersinar, tangan terlipat diatas meja menyimak kata-kata sang guru. Para siswa mengikuti  misal Elephant, monkey, lion, dst. Sang guru kagum akan semangat para muridnya untuk belajar bahasa Inggris, karena suara mereka lantang, penuh percaya diri, malah mereka keliatan senang kalau disuru berteriak. "Skarang keluarkan buku exercise!". Semua sibuk mengeluarkan buku latihan dan pensil mereka, kecuali seorang anak bernama Tomy yang dari tadi sang guru sudah perhatikan ada gelagat terselubung. Murid yang bernama Tomy itu berperawakan mungil, suaranya kecil dan agak serak. Wajahnya selalu malu-malu kalau berbicara dengan guru bahasa Inggrisnya. Namun sejak tadi sang guru B Inggris perhatikan, dari tadi dia kasak-kusuk. Miss Iteung tanya,"Ada apa Tom?"Â
"Gak ada apa2 Miss." Jawab Tomy sambil nyengir. Miss Iteung tau, bahwa derajat kenyengiran dan sorot mata itu agak mengkhawatirkan. Â Dengan tenang dan berharap tidak ada jebakan yg akan menimpa dirinya, Miss Iteung pasang kuda-kuda.Â
Tiba-tiba seorang siswa teriak, "Miss, si Tomy koleksi kartu miss!" Seisi kelas ikutan memberikan backing vokal " Iya Miss". Mendengar laporan tersebut sang guru tertarik. Maka dipanggilnya Tomy. "Masa?! Coba miss liat. Bawa kesini kartunya." Tomy melirik dendam pada sang pelapor lalu ia mengambil kartu dari kaleng pensilnya ( Si Miss berdoa dalam hati agar kartu tersebut bukan kartu bergambar yang aneh2 )
 Tomy berjalan menunduk malu menuju meja guru lalu mengulurkan kartunya. Hmm. UFC. Terpampang gambar seorang American wrestler champion bermuka sangar menampilkan ototnya. Miss Iteung berusaha menahan tawa dan pasang wajah rada galak. Wajah Tomy lucu sedikit ketakutan. Miss Iteung berpikir keras, apa yg musti  dilakukan- karena  tahu satu saat dia harus meninggalkan sekolah ini, namun ia 'memakai' kartu itu bagi dirinya sendiri untuk bisa membuat perjanjian agar bisa melihat Tomy lagi dimasa depan. Maka Miss Iteung pun berkata, " Tomy, Miss akan simpan kartu ini, karena menganggu KONSENTRASI belajar kamu. Nanti kalau kamu sudah umur 20 saya kembalikan."Â
Si Tomy bengong. Wajahnya tampak kecewa akan vonis tsb. "Masa 20 Miss? Masih lama Miss" protesnya.Â
"Iya. Duduk, skarang! "Â
Di akhir pelajaran Tomy pun berusaha berbaik-baik hati pada Miss Iteung, dan menagih kartu wrestlingnya tapi tetap sang guru  ngotot. "Umur 20!"
Sementara tiba dirumah, ia menyimpan kartu wrestling Tomy dan menyimpannya baik2 disebuah kotak mungil di kamarnya. Bahkan waktu si Miss sudah tidak mengajar lagi di sekolah itu karena harus pindah, tetap kotak itu tersimpan di kamarnya.  Bertahun lamanya Miss Iteung mengembara ke negri Paman Sam, dan seringkali merindukan murid-muridnya, tetap kartu Tomy, surat Cynthia, Esther, gambar Ferby, foto Januari, Matheus, Fondy  Yolanda, dan masih banyak lagi tetap di simpannya. Bagaimana kalau tidak pernah ketemu anak2 itu? Rasanya lama tahun-tahun sebelum Facebook itu muncul dan satu-persatu lama kelamaan murid-muridnya satu persatu muncul di Facebook.
Mereka sudah dewasa dan bekerja. Sudah jadi "orang", dalam arti, sudah mandiri. Â 11 tahun berlalu dan Tuhan memberikan kesempatan bagi Nyi Iteung untuk pulang ke tanah air dan melihat murid2nya lagi termasuk Tomy. Suatu sore Ia dan teman2nya datang berkunjung ke rumah di Bogor, betapa bahagianya Nyi Iteung bisa melihat murid2 yang disayanginya. Saling bagi cerita, bercanda, ber-nostalgia kisah lama. Tiba-tiba sang guru bertanya kepada Tomy, "Umur berapa kamu sekarang Tom?"
Suara badot Tomy: "Dua puluh Miss" Lalu Miss Iteung buru-buru ke kamarnya mengambil sesuatu.
"Tomy... nih, Miss kembaliin kartu kamu."
Tomy terbelalak kaget, "Duh.. Miss kok masih disimpan?" Teman-teman Tomy pada nguakaks.
"Kan Miss bilang, akan kembalikan kartu ini kalau kamu sudah berumur 20."Â
Tomy tersenyum malu-malu. "Makasih ya Miss..."
 Mungkin cuma sebuah kartu sitaan, sepotong puisi, gambar, surat, atau suara lantang ataupun serak, yang ter rekam di sanubari,  Pada akhirnya bagi seorang guru yang paling berarti bukan sekedar prestasi dan medali, tetapi kesempatan untuk mencintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H