Mohon tunggu...
Muhammad Ibrahim Isa
Muhammad Ibrahim Isa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Memasuki dunia perkuliahan pada tahun 2009. Alhamdulillah kini sudah memasuki tahun ke 4. Sebelum bersama Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sempat berkutat dengan sekolah asrama di Magelang, SMA Taruna Nusantara dan salah satu sekolah swasta di Rawamangun, SMP Labschool Jakarta. Kini mencoba mengaktifkan diri sebagai penulis, wirausahawan, dan investor.

Selanjutnya

Tutup

Money

Trans Jawa Tiba, Kereta Api Terlupa?

25 Juli 2012   07:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:39 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Naik kereta api tut tut tut siapa hendak turut

Ke Bandung, Surabaya, bolehlah naik dengan percuma

Ayo kawanku lekas naik, keretaku tak berhenti lama

Sebuah Perjalanan

Sebuah perjalanan saya lewati dengan mempergunakan kereta api dari Surabaya menuju Jakarta saat menulis artikel ini. Perjalanan yang saya sukai karena banyak hal yang menjadi nostalgia bagi saya. Namun, sambil termenung di kereta, saya memikirkan nasib dari perkeretaapian Indonesia di masa yang akan datang.

Sempat terhenti kereta saya di suatu daerah, yang saya tahu berada sebelum Stasiun Cikampek dari arah Surabaya dan Semarang. Sepintas saya pun terpikir nasib perkeretaapian Indonesia saat mengingat akan dibangunnya jalan tol Trans-Jawa. Akankah kereta api tetap menjadi jagoan transportasi darat saat proyek tersebut selesai?

Sejarah perkeretaapian di Pulau Jawa dimulai saat kedatangan bangsa Belanda untuk melakukan perdagangan atas nama VOC. Diperlukan suatu sarana transportasi yang mampu mengangkut banyak barang dan penumpang. Akhirnya, dibangunlah transportasi perkeretaapian di Pulau Jawa, yang diikuti (atau mengikuti) pembangunan transportasi perkeretaapian di Sumatera.

Kereta api semakin menunjukkan kelasnya, semakin banyak penumpang yang naik, dan menjadikan kereta api salah satu transportasi utama. Salah satu hal yang menunjukkan hal tersebut, seperti yang ditulis oleh Bung Hatta dalam Otobiografinya, Memoar, bahwa pamannya yang juga menjadi salah satu gurunya, mempergunakan kereta api sebagai transportasi utama dalam berpergian untuk bekerja di dua tempat. Dalam masa selanjutnya pun menunjukkan bahwa sumbangsih kereta api nyata adanya.

Kereta Api versus Mobil dan Sepeda Motor

Kembali ke pertanyaan utama mengenai kondisi perkeretaapian. Jika, melihat yang saat ini terjadi tentang jumlah sarana transportasi, kita akan melihat bahwa mobil dan sepeda motor masih menjadi primadona saat ini, ditunjukkan lewat data penjualan dua kendaraan ini dibandingkan transportasi lainnya. Berdasarkan data dari Anggota GAIKINDO, penjualan mobil pada tahun 2011 adalah sebanyak 745.599 unit, sedangkan berdasarkan data dari Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia, penjualan sepeda motor pada tahun 2011 adalah sebanyak 8.012.885 unit.

Perlu diingat bahwa keadaan tersebut terjadi pada saat panjang jalan di pulau Jawa sekitar 500.000 km atau sekitar 160 km per satu juta penduduk Indonesia. Bayangkan pada saat jalan tol Trans-Jawa selesai dan terbangun jalan-jalan raya pendukung lainnya yang menyebabkan panjang jalan bertambah. Berapa banyak mobil dan sepeda motor yang nantinya hadir di jalanan Indonesia, khususnya Jawa saat itu?

Prediksi tersebut diperkuat oleh data pertumbuhan jumlah kendaraan mobil dan sepeda motor dalam sepuluh tahun (2000-2010), yaitu terjadi rata-rata pertumbuhan sebesar 15,58 persen per tahunnya. Angka yang cukup fantastis mengingat pertumbuhan panjang jalan selama sepuluh tahun tersebut hanya 2,933 persen.

Mari kita bandingkan data tersebut dengan kondisi pertumbuhan jumlah penumpang kereta api. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan jumlah penumpang kereta api secara umum selama Januari hingga November 2011 adalah sebanyak 182,5 juta penumpang. Kondisi yang miris mengingat pada periode sebelumnya, yaitu Januari hingga November 2010 adalah sebanyak 185,6 juta penumpang. Terjadi penurunan jumlah penumpang sebesar 1,69 persen. Jika dilihat dalam beberapa tahun terakhir, memang sempat terjadi peningkatan jumlah penumpang sepanjang tahun 2007, tapi mengingat di tahun 2011 terjadinya penurunan, maka prospeknya mengarah pada penurunan.

Dari penurunan tersebut, jumah penumpang di Pulau Jawa adalah 177,3 juta penumpang. Sangat jauh perbedaan pertumbuhannya dibandingkan jumlah penggunaan mobil dan sepeda motor yang diindikasikan lewat angka penjualan keduanya dibandingkan dengan pertumbuhan pengguna jasa perkeretaapian.

Saat Trans-Jawa Selesai

Kondisi tersebut terjadi saat jalan tol Trans-Jawa belum selesai dibangun seluruhnya. Namun, kita dapat memprediksi kondisi yang akan terjadi setelah tol Trans-Jawa beserta jalan-jalan pendukungnya selesai dibangun. Berapakah jumlah mobil dan sepeda motor yang terjual karena pertumbuhan panjang jalan tersebut? Dan, berapakah jumlah penumpang kereta api yang masih setia mempergunakan jasa perkeretaapian?

Semoga dibangunnya jalan tol Trans-Jawa tidak serta merta mematikan roda kehidupan perkeretaapian di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Karena, kita tidak pernah ingin lagu kereta api itu hilang. Naik kereta api, tut tut tut, siapa hendak turut? Ke Bandung, Surabaya, bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik, keretaku tak berhenti lama!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun