Tim Penulis:
Frima Zhellia (Ilmu Komunikasi, FISIP), Irfan Dzulfikar (Ilmu Ekonomi, FE), Khumaidatul Amaniyah (Manajemen, FE), Muhammad Ibrahim Isa (Psikologi, FPsi), Pradita Seti Rahayu (Ilmu Komunikasi, FISIP)
Manusia. Dalam kehidupannya, tidak pernah dapat lepas dari lingkungannya. Tidak mungkin manusia hidup tanpa lingkungan. Tidak mungkin pula manusia hidup tanpa bantuan dari udara, air, angin, tanah, tumbuhan dan hewan yang notabene merupakan bagian dari lingkungan.
Namun sesungguhnya, manusia adalah pelaku utama dari semua kerusakan lingkungan yang ada di muka Bumi ini. Ironis bukan? Itulah kenyataan yang harus dihadapi. Semakin dicegah, manusia akan semakin brutal untuk merusak lingkungan yang ironisnya lagi telah memberikan penghidupan kepada manusia hingga saat ini.
Dalam keseharian sebagai mahasiswa, lingkungan kini menjadi teman akrab yang hampir selalu menjadi topik utama pembahasan. Mulai dari masalahnya hingga yang menjadi solusi dari masalah tersebut. Sangat luas apabila membahas mengenai lingkungan.
Universitas Indonesia yang merupakan kampus terbesar di Indonesia tentunya memiliki lingkungan yang luas pula. Lingkungan yang dimaksud adalah segala faktor abiotik maupun biotik selain manusia. Namun, pembahasan di sini akan dipersempit dan difokuskan pada limbah kering, khususnya daun kering yang ada di lingkungan kampus Universitas Indonesia.
Limbah kering selalu ada hampir di semua tempat. Jika kita melihat kondisi lingkungan kampus Universitas Indonesia Depok, hal ini merupakan suatu hal yang lumrah dan wajar mengingat kondisi lingkungan kampus yang memiliki banyak sekali pepohonan. Selain itu faktor musim kemarau yang saat ini sedang melanda sebagian besar wilayah Indonesia bagian barat pun menjadikan pohon-pohon besar meranggas daun-daunnya untuk mengurangi penguapan, sehingga yang terjadi adalah jumlah limbah kering di sekitar lingkungan kampus bertambah banyak.
Perlu diketahui bahwa Universitas Indonesia dalam penanganan masalah limbah, baik kering maupun basah terbagi atas tiga sektor, yaitu sektor utara, selatan dan danau. Pembagian sektor ini dimaksudkan untuk lebih terfokus dan terkoordinirnya masalah perbaikan lingkungan di sektor-sektor tersebut.
Adapun pembagian sektor tersebut sesungguhnya merupakan pembagian dari segi jenis limbah yang ada. Seperti yang didapat dari sebuah sumber, sektor utara dan selatan memilliki komposisi limbah sebagian besar merupakan daun-daunan kering, dan umumnya hanya pada hari libur terdapat limbah plastik. Sedangkan untuk sektor danau, dipastikan limbah yang ada merupakan limbah plastik.
Dalam pengolahan selanjutnya, limbah tersebut diberlakukan bermacam-macam. Untuk wilayah utara dan danau, sampah-sampah yang telah terkumpul dan dibawa oleh truk pengangkut sampah, kemudian dibawa ke suatu tempat, yang menurut sumber adalah hutan, dan dibuang ke hutan tersebut. Sedangkan untuk wilayah selatan, sampah kering yang ada berupa daun-daun kering diolah menjadi kompos yang nantinya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman seluruh lingkungan kampus Universitas Indonesia.
Namun, dikarenakan metode pengolahan ini hanya digunakan di sektor selatan, maka potensi limbah kering di lingkungan kampus Universitas Indonesia belum termaksimalkan. Walaupun, dalam produksi  saat ini, kompos yang dihasilkan telah mencukupi kebutuhan seluruh lingkungan kampus, namun tidak ada salahnya untuk memaksimalkan potensi ini.
Seperti yang diketahui, bahwa tempat pengolahan limbah kering yang ada di sektor selatan terletak di  gang setelah Gang Senggol. Tempat pengolahan ini dikelola oleh CV. Trijaya Putra yang sebetulnya telah menangani masalah kebersihan di lingkungan kampus Universitas Indonesia sejak tahun 1989. Perusahaan ini memainkan peranannya sebagai penjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan kampus sektor selatan.
Usaha yang dilakukan oleh perusahaan ini sudah cukup baik, mengingat mereka mampu menjaga kebersihan dan kelestarian. Yang paling menonjol adalah kemampuan mereka menyediakan pupuk kompos untuk seluruh wilayah lingkungan kampus.
Namun masih banyak kekurangan yang ada pada perusahaan CV. Trijaya Putra. Salah satunya adalah kurangnya alat yang dipergunakan untuk mengolah limbah kering menjadi kompos. Selain itu, kondisi kesejahteraan dari pegawai CV. Trijaya Putra juga kurang memadai bahkan tempat tinggal pegawai dapat dikatakan tidak layak huni jika dianggap sebagai tempat tinggal.
Selain kurangnya kelayakan, alat yang dimiliki oleh CV. Trijaya Putra hanya satu. Hal ini menyebabkan kurang maksimalnya kerja dari perusahaan tersebut. Tempat penyemaian-pun hanya tersedia empat petak tanah berukuran 4 m2. Hal ini dirasakan amat kurang untuk pemaksimalan potensi yang ada. Apalagi jika melihat kondisi pendanaan yang dirasa kurang untuk memaksimalkan potensi ini.
Dengan semua kekurangan yang ada, pantaslah jika hal ini lebih diperhatikan oleh sivitas akademika, khususnya Rektorat dari Universitas Indonesia. Pemaksimalan potensi ini-pun pada akhirnya diyakini akan menambah nilai lebih dari Universitas Indonesia sebagai Universitas terbaik se-Indonesia. Apalagi pengelola sektor selatan juga turut serta menyediakan bibit tanaman yang akan ditanam di seluruh lingkungan kampus yang menjadikan lingkungan kampus tetap asri.
Untuk diadakannya pemaksimalan potensi limbah kering ini membutuhkan peran dari seluruh pihak. Pemaksimalan potensi akan lebih baik jika sektor utara, selatan maupun danau melakukan hal yang sama. Untuk itu kami mengusulkan agar metode pengolahan limbah, khususnya limbah kering, ditertibkan dengan melakukan penyeragaman antara sektor utara, selatan dan danau. Dengan penyeragaman ini, biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih efisien, potensi yang ada dapat dimaksimalkan serta tidak adanya persaingan tidak sehat antara perusahaan kebersihan di tiap sektor.
Potensi limbah kering yang termaksimalkan, khususnya yang menjadi kompos, akan memudahkan dalam pengembangan kualitas lingkungan kampus Universitas Indonesia. Tentu akan berdampak positif bagi seluruh sivitas akademika, maupun untuk nama besar Universitas Indonesia.
Sesuai kampanye go green yang dikumandangkan, potensi limbah kering, khususnya daun kering akan sejalan dengan hal tersebut. Semakin termaksimalkan potensi yang ada, maka lingkungan kampus Universitas Indonesia pun akan semakin asri dan tentunya nama besar Universitas Indonesia sebagai kampus hijau yang dipenuhi oleh pohon-pohon rindang akan semakin luas di kalangan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H