Mohon tunggu...
Rico Nainggolan
Rico Nainggolan Mohon Tunggu... Wiraswasta - quote

hiduplah layaknya bagaimana manusia hidup

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pecundang Berdasi Bermodalkan "Cakap Berak" dan "Money Politic"

1 Agustus 2023   13:18 Diperbarui: 1 Agustus 2023   13:32 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen pemilu dan pilkada adalah proses untuk mendapatkan pemimpin atau kepala daerah atau calon legistlatif yang lebih berkualitas sesuai dengan kehendak rakyat, namun dalam kenyataannya perhelatan demokrasi yang seharusnya sebagai ajang untuk memilih sesorang yang lebih berkualitas, kini hanya akan mempertontonkan kebohongan, kecurangan, ketidakjujuran, dan sering sekali mengkampanyekan hal-hal yang terkesan membodohi dan menipu rakyat dengan cara memberikan uang atau barang menjelang pencoblosan, agar memilih calon atau partai tertentu atau sering kita sebut dengan istilah money politic. Bahwa pengalaman selama proses perhelatan pesta demokrasi berlangsung, praktik money politic akan menghilangkan bahkan membunuh kesempatan para generasi milenial khususnya mereka yang memiliki integritas tinggi serta berkualitas karena akan akan kalah dengan mereka yang memiliki uang saja dan akan memiliki control terhadap kekuasaan. 

Dalam pandangan ekonomi, praktek money politik akan menumbuh-suburkan korupsi yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Bahwa didalam prakteknya, para calon kepala daerah atau calon legislative sering sekali mencari para "investor" untuk mendukung langkah mereka didalam dunia politik dan tentutnya dengan iming-iming akan diberikan jatah proyek. 

Secara logika, mereka yang berutang didalam proses pilkada, akan membalas jasa melalui berbagi konsesi atau pemberian imbalan didalam bentuk proyek, kerjasama yang terkesan didahulukan dan dipermudah didalam pembuatan surat menyurat dan segala persyaratan secara administrasi. 

Dan secara jelas, hal ini akan selalu menyingkirkan kepentingan masyarakat secara umum serta akan menjadi cikal-bakal lahirnya korupsi,kolusi dan nepotisme. Idealnya, pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah harus bebas dari money politic, agar dapat meredam gejolak sosial dan politik serta memungkinkan untuk melahirkan orang-orang berkualitas, yang memiliki kemauan tanpa harus memikirkan "utang politik".

Posisi milenial saat ini menjadi bagian utama yang menentukan kondisi kehidupan berpolitik yang beradab dimasa ini dan dimasa yang akan datang. Generasi milenial sudah menjadi bagian dari penentu kemajuan dan keberhasilan demokrasi baik ditingkat daerah maupun ditingkat nasional. Artinya, milenial harus berani mengambil resiko dengan menolak segala unsure -- unsure money politic agar melahirkan pemimpin dan legislative yang berkualitas tanpa adanya "sanderaan politik" kedepannya. Bahwa pilkada dan pemilu kerap diwarnai dengan kecurangan yang sistematis dan terstruktur. 

Para golongan tua sudah menggangap diri mereka paham dan paling mengerti dengan system per-politikan bangsa ini, nyatanya mereka hanya bermodalkan uang dan juga janji-janji palsu yang terkesan hanya untuk membodohi dan menipu rakyat. Namun, generasi milenial sudah bosan dan muak dengan system dan tata cara perpolitikan para golongan tua yang menganggap bahwa dengan uang, mereka bisa mengatur dan mendapatkan segalanya walau dengan cara yang salah. Dan anggapan itu sudah menjadi hal yang membosankan bagi generasi milenial. 

Sudah saatnya generasi-generasi milenial berani mengambil sikap dan menyatakan diri sebaga generasi yang menolak money politic dalam bentuk apapun. Sudah saatnya milenial melek politik dan dan berani mengambil sikap untuk menolak seluruh pecundang berdasi sebutan untuk mereka yang terjun ke dunia politik baik didalam pilkada maupun didalam pemilu yang hanya bermodalkan cakap berak dan money politic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun