Mohon tunggu...
Neti Anibnati
Neti Anibnati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa pendidikan guru madrasah ibtidaiyah (PGMI) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis dengan hati agar bermanfaat sampai nanti

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Novel "Laut Bercerita" Karya Leila S. Chudori

15 Mei 2024   10:45 Diperbarui: 15 Mei 2024   11:00 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Identitas Buku

  • Judul : Laut Bercerita
  • Penulis : Leila S. Chudori
  • Jumlah Halaman : 379
  • Tanggal Terbit: 25 Oktober 2017
  • Nama Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
  • ISBN: 978-602-424-694-5
  • Bahasa : Indonesia
  • Berat : 0.315 kg
  • Panjang : 20 cm
  • Lebar : 13.5 cm

Pendahuluan 

"Laut Bercerita" merupakan sebuah novel karya penulis Indonesia yang berbakat yaitu Leila Shaliha Chudori, dalam bukunya, ia mengangkat tema keluarga, persahabatan, dan perjuangan hidup. Dengan gaya penceritaan yang mendalam, novel ini mempersembahkan kisah yang mengharukan serta memukau tentang lika-liku kehidupan di tengah samudra luas.

Novel dengan 379 halaman ini mengajak pembaca untuk merasakan atmosfer kelam dan kejam Era Reformasi tahun 1998, di mana para pembela rakyat menghadapi tantangan besar. Leila, sang penulis, menegaskan bahwa kisah yang dihadirkan dalam novel ini adalah kisah fiktif, namun terinspirasi dari fakta-fakta yang ada. Dalam proses penulisannya yang berlangsung selama lima tahun, Leila melakukan penyelidikan mendalam tentang karakter tokoh, tempat kejadian, dan peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Bahkan, ia melakukan riset wawancara langsung dengan korban yang berhasil kembali atau kerabat mereka.

Buku ini berisikan kisah kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Melalui novel yang berjudul Laut Bercerita, Leila Salikha Chudori seakan-akan berusaha membawa para pembacanya untuk ikut merasakan era-era reformasi di tahun 1998 yang penuh dengan kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat. Tidak hanya membawa pembacanya pada pasang surut emosi, buku ini juga berisikan pengetahuan tentang keadilan sosial, prinsip demokrasi, dan sejarah pergerakan untuk mendukung Orde Baru. Oleh karena itu, selain berisikan pembelajaran hidup yang megah, buku ini juga memberikan pengetahuan mengenai sejarah kelam yang pernah dilewati bangsa ini.

Sinopsis 

Cerita yang akan di dapat dari buku ini sebenarnya sudah tergambar di kalimat persembahan, yang bunyinya "Kepada mereka yang dihilangkan dan tetap hidup selamanya".

Buku ini mengambil dua sudut pandang. Pertama, diambil dari sudut pandang seorang anak laki-laki bernama Biru Laut. Dan bagian kedua, diceritakan dari sudut pandang seorang anak perempuan bernama Asmara jati.

Bagian Pertama, Biru Laut Wibisana, seorang mahasiswa Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada, yang dibuang ke laut karena memperjuangkan kebebasan Indonesia dari pemimpin diktator. Laut adalah mahasiswa biasa yang mempunyai ketertarikan tinggi terhadap buku-buku klasik dan beberapa buku haluan "kiri" yang pada masa Orde Baru sangat dicekal dan dilarang peredarannya.

Berkat rasa penasaran yang tinggi dan semangat yang membara sebagai mahasiswa, Laut tetap nekat membaca buku-buku tersebut dan  biru bertemu dengan seorang mahasiswi bernama Kinan, pada akhirnya Laut  bergabung dengan suatu organisasi mahasiswa yang dinamakan Winatra dan Wirasena. Karena organisasi ini satu pemikiran dengan laut karena mereka ingin sekali hidup pada negara demokratis.

Singkat cerita, pada tahun 1908 terdapat kerusuhan karena terjadi krisis finansial terparah di Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya banyak perusahaan yang gulung tikar, dan angka pengangguran meningkat. Maka dari itu banyak orang yang berunjuk rasa ke pemerintah termasuk para mahasiswa. Pada unjuk rasa ini ada empat mahasiswa yang tertembak oleh aparat, dari situlah kondisi makin memanas, krusial, dan banyaknya kebencian.

Masuk kebagian dua, pada bagian ini mengambil sudut pandang asmara jati alias adiknya laut. Pada bagian ini kita dibikin sedih dengan kisah keluarganya. Seperti bagaimana ayah, ibu, dan asmara jati ini bersabar dan setia menunggu laut untuk pulang. Laut dan beberapa sahabatnya ditangkap dan disiksa dengan kekejaman oleh para penculik. Setelah melewati masa yang gelap, mereka akhirnya melihat cahaya. Namun, tragisnya, Laut sendiri kehilangan nyawanya dalam peristiwa itu. Teman-temannya dilepaskan, sementara Laut ditembak dan ditenggelamkan ke laut secara kejam. Keluarga kecil dan kekasihnya terguncang berat oleh berita ini. Mereka sulit menerima kematian Laut dan tetap percaya bahwa dia masih hidup di dunia ini, meskipun kabarnya menghilang tanpa jejak.

Kelebihan 

Keunggulan utama dari novel "Laut Bercerita" adalah keakuratan fakta. Berdasarkan informasi yang didapat, diketahui bahwa Leila melakukan penelitian langsung untuk menulis novel ini. Dia mengunjungi beberapa lokasi yang dipercaya sebagai tempat pengasingan para mahasiswa dan area yang digunakan untuk diskusi. Selain itu, dia juga mewawancarai keluarga korban penghilangan paksa selama bertahun-tahun. Tidak heran jika visualisasi karakter dan penokohan yang ditampilkan dalam novel ini terasa begitu hidup. Semua tokoh memiliki peran masing-masing seperti para mahasiswa yang dulu berjuang keras melawan rezim zalim.

Leila S. Chudori sebagai pengarang novel Laut Bercerita telah berhasil mengangkat tema kemanusiaan pada era Orde Baru. Hal ini menjadikan novel ini layak untuk mendapat predikat sebagai salah satu novel dengan genre historical fiction terbaik.

Novel Laut Bercerita memiliki unsur edukatif. Ini terlihat dari pembahasannya tentang sejarah rezim Orde Baru, pergerakan untuk keadilan sosial, dan prinsip-prinsip demokrasi.

Cerita yang disajikan juga memiliki elemen teka-teki yang membuat pembaca semakin penasaran dengan akhir cerita novel ini. Penggunaan kata dan bahasa yang mudah dipahami membuat cerita ini bisa dinikmati oleh pembaca tanpa kesulitan memahami isinya, karena tidak ada istilah atau ungkapan asing yang sulit dimengerti.

Kekurangan

Seperti yang tertera pada bagian satu, bahwa alur cerita yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau maju mundur. Pembaca yang belum terbiasa dengan alur tersebut mungkin akan merasa kesulitan atau bingung.

Amanat

Novel fiksi tentang sejarah Indonesia ini secara tidak langsung mengingatkan kita untuk tidak melupakan masa lalu yang kelam di negeri ini. Dengan adanya sistem demokrasi, pemerintah seharusnya siap menerima kritik dari rakyatnya terkait kebijakan yang dibuat. Jika tidak, mungkin akan muncul berbagai rahasia dan teka-teki, seperti peristiwa yang terjadi pada tahun 1998 yang masih menjadi tanda tanya besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun