Mohon tunggu...
Nurul Damasih
Nurul Damasih Mohon Tunggu... Mahasiswi -

mahasiswa sastra jepang universitas hasanuddin makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesabaran yang Hakiki (Menyikapi Penistaan Alqur’an)

19 Oktober 2016   12:31 Diperbarui: 19 Oktober 2016   12:45 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Video Ahok menistakan Alqur’an surah al-Maidah: 51 menjadi viral di sosial media dan menyulut kemarahan dari mayoritas kaum muslim di tanah air. Bagaimana tidak, dalam video yang berdurasi 4 menit yang diketahui rekaman ketika Ahok melakukan kunjungan dinas ke Kepulauan Seribu, dengan gamblang Ahok mengatakan “Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya, karena dibohongin pake Surat al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, enggak apa-apa.” (Republika.co.id, 10/10)

Kalimat-kalimat yang dilontarkan gubernur Jakarta keturunan Bangka Belitung ini sontak mendapat kecaman dari netizen muslim dari seluruh nusantara. Ahok dituntut untuk meminta maaf dan dipenjarakan karena telah menyebarkan isu SARA. Tagar #AyoBelaQuran dan #AyoPolisiTangkapAhok menjadi trending topic di Twitter.

Allah swt berfirman: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang diutamakan.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 186)

Segala cobaan berupa penyiksaan, penghinaan, pengasingan merupakan ketetapan Allah kepada orang-orang beriman yang memperjuangkan agama Allah swt. Dia memberikan penangguhan kepada  orang-orang kafir berbuat keburukan agar dosa mereka bertambah sebelum mereka dilempar ke dalam neraka. Allah swt berfirman: “Sesungguhnya Kami memberikan tangguh kepada mereka hanyalah supaya dosa-dosa mereka bertambah” (QS. Ali ‘Imran [3]: 178). Juga dalam ayat lain Allah swt berfirman: “Kelak kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang mereka tidak ketahui. Aku memberikan tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat kokoh”(QS. Al Qalam [68]: 44-45).

Dahulu pada masa awal agama Islam diturunkan, Rasulullah saw dan para sahabat mengalami begitu banyak cobaan yang berat dalam berdakwah. Karena beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Muhammad, keluarga Yasir disiksa hingga meninggal di jalan jihad oleh Umayah bin Khalaf. Bilal bin Rabah dadanya ditindih batu dibawah terik matahari selama berhari-hari oleh Abu Jahal. Rasulullah saw dilempari isi perut dan kotoran binatang, dicaci dan dituduh gila oleh paman Beliau sendiri, Abu Lahab. Kesulitan yang dialami Beliau digambarkan dalam sabdanya “Aku sering disakiti di jalan Allah dan tidak ada seorang pun yang pernah disakiti seperti diriku” (HR. At-Tarmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad). Rasulullah dan para sahabat tidak melakukan perlawanan fisik apapun untuk membalas penyiksaan dan penghinaan tersebut. Rasulullah saw hanya diam dan mendoakan para sahabat agar tetap tabah menghadapi semua ujian dan keimanan memperjuangkan agama Allah.

Namun, kesabaran Beliau saw tak lantas dengan hanya menerima begitu saja ancaman dan penolakan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy. Rasulullah dan para sahabat  terus mendakwahkan Islam dan melancarkan perang pemikiran (ghazwul fikr) membongkar kekufuran akidah jahiliyah. Rasulullah saw menyerukan Islam kepada suku-suku arab yang datang dari luar Makkah, agar mau membai’at Beliau dan memberikan kekuasaan mereka kepada Rasulullah. Periode dakwah ini berlangsung dalam waktu 13 tahun lamanya. Hingga pertolongan Allah sampai kepada Beliau saw melalui suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib (kemudian namanya menjadi Madinah) pada peristiwa Bai’at Aqabah. Rasulullah saw dan para sahabat kemudian hijrah atas perintah wahyu Allah swt. Di Madinah Beliau saw membangun kehidupan Islam, membangun kekuatan politik dan menjamin keamanan di bawah kepemimpinan Islam sambil terus menyerukan Islam ke seluruh penjuru dunia. Dakwah di Madinah berjalan secara politis dimana Rasulullah saw sebagai pemimpin dan Islam menjadi kekuasaan tertinggi. Inilah hakikat dari kesabaran yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw, yaitu untuk senantiasa bertahan menghadapi berbagai macam rintangan dalam dakwah dan terus berusaha hingga kemenangan Islam berhasil diraih.

Kaum kafir yang tidak pernah rela kepada Islam mencoba merusak tatanan kehidupan Islam di Madinah dan mengganggu jalannya dakwah. Rasulullah saw kemudian melakukan tindakan tegas untuk memberantas mereka. Seperti kaum yahudi bani qainuqa’ yang melanggar perjanjian gencatan senjata dengan kaum muslimin, menjadi provokator saat terjadi perang badar, dan melecehkan seorang wanita muslimah. Rasulullah saw bersama paman Beliau Hamzah bin Abdul Muthallib mengepung perkampungan bani qainuqa’ selama 15 hari hingga mereka tunduk kepada Islam. Rasulullah saw juga mengusir yahudi bani quraizhah karena bersekutu bersama kaum quraisy dalam rencana pembunuhan Beliau. Rasulullah saw memerangi kekafiran dan kemunafikan dengan kekuatan Islam. Allah swt berfirman: “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS. At Taubah [9]: 73).

Setelah Rasulullah wafat, khalifah Abu Bakar juga mengerahkan tentara untuk memberantas orang-orang muslim yang tidak mau membayar zakat, orang murtad dan Musailamah Al Kazzab yang mengaku nabi. Khalifah Umar bin Khattab ra memperluas dakwah Islam hingga ke Afrika Utara dan menaklukkan negeri Palestina ke dalam pangkuan Islam. Khalifah al Mu’tashim dari Dinasti Umayyah pun pernah mengirim puluhan ribu tentara untuk menyerang negeri Amuriya yang dahulu dikuasai Romawi karena seorang muslimah telah dinodai, hingga 30 ribu pasukan Kristen tewas dan 30 ribu lainnya berhasil ditawan. Khalifah Sultan Abdul Hamid dari dinasti Utsmani pernah mengancam pemerintah Prancis karena berencana membuat pentas drama yang menghina Rasulullah saw.  Namun ternyata pentas drama tersebut dipindah ke Inggris. Segera Sang Khalifah memberikan ultimatum akan mengirimkan tentara jihad ke Inggris jika pentas tersebut benar-benar dilaksanakan. Pentas pun dibatalkan.

Begitulah, perlakuan yang seharusnya diberikan kepada orang-orang kafir yang mengganggu Islam dan kaum muslim. Allah swt telah memerintahkan Rasulullah saw untuk memerangi orang kafir dan perintah tersebut juga berlaku bagi umatnya. Pelaku penghinaan al-Qur’an harus ditindak tegas, diperangi dan dihukum mati dengan kekuasaan Islam. Begitulah agar kemuliaan dan ketinggian agama ini bisa terjaga seperti sabda Rasulullah saw “Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi selain Islam”(HR. Ad-Daruquthni). Imam Ghazali berkata “Agama dan kekuasaan bagaikan saudara kembar. Agama adalah pondasi, kekuasaan adalah penjaganya. Sesuatu tanpa pondasi pasti akan runtuh dan sesuatu tanpa penjaga pasti akan hilang.”

Kita yang hidup hari ini wajib terus bersabar dan terus berusaha sekuat tenaga dalam usaha dakwah membangun opini mengembalikan kehidupan Islam, memahamkan masyarakat akan pentingnya kekuasaan di tangan Islam serta kewajiban jihad melawan kekufuran, baik yang secara fisik maupun secara pemikiran. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun