Beberapa hari yang lalu aku mengikuti sebuah seminar internasional di kampus tempatku belajar.
Acara itu diadakan oleh program pasca sarjana di kampusku. Namun yanng tidak pasca sarjana juga boleh ikut. Banyak teman-temanku yang ikut. Acara itu diadakan dalam rangka memperingati maulid nabi Muhammad Saw.
Meskipun tak terlambat, tapi pas aku tiba, sudah banyak perserta yang memenuhi ruangan. Aku mencari tempat duduk ditengah. Namun, setelah berfikir, aku memutuskan untuk duduk di depan.
Belum genap 5 menit aku duduk di depan, aku berubah fikiran lagi. Aku putuskan untuk duduk di belakang lagi.
Sambil menunggu acaranya dimulai, seluruh peserta mendengarkan pembacaan shalawat yang ditampilkan oleh grup rebana kampusku.
Sembari mendengarkan, aku main hape. Memperhatikan peserta lain yang hadir. Hingga akhirnya, acara pun dimulai.
Meski acara telah dimulai, masih ada peserta yang lalu lalang masuk ruangan acara. Acara berjalan seperti seminar pada umumnya.
Hingga pada menit yang keberapa (aku lupa), duduklah disampingku, seorang lekaki yang usianya sekitar umur 40 tahun.
Aku diam saja. Begitu pula dia. Kami asyik dengan kegiatan kami masing-masing. Tak ada percakapan di antara kita.
Ketika acara hampir selesai, pemandu seminar menanyakan apakah ada peserta yang ingin bertanya. Panitia hanya membatasi 3 peserta.
Yang bertanya pertama kali adalah teman sekelasku. Terus ada lagi peserta dari LIPIA. Sudah dua.