Ciomas, Bogor -- Pandemi kian memberikan dampak di berbagai sektor kehidupan, salah satunya adalah di sektor ekonomi. Para pelaku usaha seperti home industry sepatu di Desa Pagelaran pun nampak jelas kena imbasnya.Â
Padahal, home industry sepatu di Desa Pagelaran ini menjadi salah satu sumber pendapatan dan perbaikan masalah ekonomi warga disana yang tidak bekerja. Namun apa boleh buat, kini, mereka mati-matian berusaha untuk tetap bertahan dikala tidak stabilnya permintaan saat pandemi.
"Orderannya turun, teh. Sedangkan ini banyak yang belum keluar, numpuk di gudang karena dipusatnya pun masih banyak," ujar Bapak Jaenudi sebagai pimpinan atau bos dari bengkel cabang usaha sepatu home industry yang sudah ketiga kali merintis usaha ini.
Lebih lanjut, beliau pun mengatakan bahwa disatu sisi bahan baku terus naik, sedangkan harga ke konsumen tidak juga disesuaikan. Upah yang mereka dapatkan pun rasanya tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang sudah mereka korbankan, yakni hanya Rp 40.000 setiap kali memproduksi 1 kodi sepatu.
Usaha beralih ke sistem online atau e-commerce pun sudah di coba di pusat dan hasilnya cukup memuaskan. Terkadang, permintaan produksi meningkat namun tak jarang juga mereka bingung karena permintaan produksinya menurun. Tentu hampir seluruh karyawan home industry sepatu ini mengharapkan permintaan yang lebih dan terus meningkat guna melengkapi keperluan sehari-hari.
Beliau pun berharap agar pemerintah dapat menjamah seluruh home industry yang ada di Kecamatan Ciomas dan turut membantu agar sepatu buatan lokal seperti ini tidak kalah saing dengan sepatu impor buatan China.
"Ya dibawa santai aja, teh. Disyukurin, yang penting kita tetap produksi dan ada tambahan buat keperluan pokok tiap hari," pungkasnya di akhir wawancara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H