Kakiku melankah menyusuri hari
Melewati kehidupan zaman yang hampir hilang
Pada satu titik
Aku berhenti melangkah
Terbungkam kebingungan dalam kenyataan
Aku berpaling kearah matahari terbit
Terbentang luas pemukiman kumuh
Bagai sampah…menjijikkan !
Kupalingkan wajahku kearah mata hari terbenam
Terlukis panorama gedung pencakar langit
Tegak menantang..penuh keangkuhan
Tanpa sadar aku memandangi langit
Semua gelap tanpa matahari
Kemana matahariku ?
Ronanya yang segar dan terang..
Kini berselimut Kabul pekat
Akibat kejahilan prilaku sebagian manusia.
Mataku telah perih
Menyaksikan hidup dalam kehidupan
Hingga aku tertunduk lunglai
Aku terdiam..kakiku beku
Tak kuasa melangkah lagi..
Terjebak dalam Lumpur- Lumpur jalanan
Yang tak beraspal..
Air mata telah bercampu debu
Sisa tangis tidak terbendung
Ku hanya bisa menjerit..
NEgeri SIapa INi..?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H