Mohon tunggu...
tukiman tarunasayoga
tukiman tarunasayoga Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Kemasyarakatan

Pengajar Pasca Sarjana Unika Soegiyopranata Semarang

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Pak Mahfud MD, "Pelatihan Dasar" Korupsi Itu di Keluarga, Pak!

27 Mei 2021   09:44 Diperbarui: 27 Mei 2021   09:46 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Mahfud MD, "Pelatihan Dasar" Korupsi itu di Keluarga, Pak!!

JC Tukiman Tarunasayoga

 

            Bangunan logika bahwa koruptor itu "dihasilkan" dari/oleh Universitas (PT) sebagaimana dilontarkan Pak Mahfud MD (MMD), menarik dan sertamerta menimbulkan banyak protes. Sebutlah pemikiran Pak MMD ini di atas 50 persen  ada benarnya, namun saya berusaha "meruntuhkan" bangunan logika itu dengan mengatakan: Pak MMD, jangan lupa "LKTD" (Latihan Korupsi Tingkat Dasar) itu ada di keluarga (maaf, masyarakat juga kan??), lalu, memang "LKTM"-nya  (Latihan Korupsi Tingkat Mandiri) sangatlah dimungkinkan di bangku PT. Uraian lebih lanjut sekitar "LKTM" tanyakan kepada MMD, dan saya secara sangat sederhana akan mencoba menguraikan "LKTD"-nya.

            Sentuhan nilai-nilai moral dasar kehidupan ada (dan adalah) di keluarga, apakah nilai moral dasar itu berkaitan dengan sikap jujur, terbuka, kerjasama, toleransi, kerja keras vs jalan pintas, dan lain sebagainya. Anak sudah belajar secara kasat mata (dan menangkap dengan baik) bahwa berbohong itu boleh-boleh saja ketika Ibu (atau bapak, atau kakak)  berkata: "Tidak ada uang!!" sebagai jawaban atas permintaannya membeli jajanan; sementara beberapa menit kemudian ibu menerima barang belanjaan atas pesanan online-nya.

"LKTD" anak juga sedang dan terus terjadi manakala, orangtua menceriterakan rasa bangganya karena Batara (klas VIII) sudah pintar pegang setir mobil dan beberapa kali sudah antar jemput ortunya ke mana pun bepergian.   Anak terus diasah untuk "melanggar" apa pun (siapa pun?) oleh keluarga hampir setiap waktu,  misalnya, ortu dengan enaknya "melabrak" guru atau kepala sekolah karena merasa terlalu banyak pekerjaan rumah/tugas anak.  Contoh lain yang akhir-akhir ini sangat menggejala, ialah dengan sigap dan cekatannya orangtua mengambil alih kesulitan anak mengerjakan tugas sekolah dengan jalan pintas yang jelas-jelas diketahui anaknya. "LKTD"-nya sangat langsung, yakni menempuh jalan pintas untuk menyelesaikan masalah itu boleh, bahkan seolah didorong untuk harus melakukan seperti itu.

Pertanyaannya, sedemikian buramkah kondisi keluarga-keluarga kita terkait "LKTD" itu? Saya memberanikan diri menjawab "Iya," dan sayangnya kondisi serta praktek-praktek (dianggap kecil) berbohong, nabrak aturan, tidak jujur, jalan pintas, tidak hormat terhadap guru, orangtua, dsb  dianggap sebagai hal yang lumrah dan biasa dalam keluarga di mana pun.

Bagaimana halnya dengan "LKTM?" Di atas telah saya katakan, jawaban atas pertanyaan ini biarlah menjadi "hak prerogatif" MMD. Saya hanya akan menegaskan adanya "cascade terbalik" mulai dari "LKTD" menuju ke "LKTM." Dalam banyak hal, proses itu cenderung dari top ke down sehingga modelnya top-down; namun dalam hal "latihan korupsi" ini, rasanya modelnya terbalik, yakni dari bottom ke up (menjadi bottom-up) yakni "dilatih" sejak kecil di tingkat rumahtangga, dan menjadi semakin matang di PT; lalu kancah praktikumnya berada di kehidupan sehari-hari entah di lembaga atau instansi mana/apa pun.

Begitukah? Semoga ini lamunan dan halu saya saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun