Siapa pihak-pihak pembuat narasi berlebih tentang mirong kampuh jingga? Siapa saja, dan kalau membuat axisnya kanan kiri, baik pihak yang kanan akan (dan pasti) membuat narasi berlebih tentang pihaknya, maupun pihak yang di kiri, -apalagi terpancing- , juga akan bernarasi secara berlebih.
Apa tujuan utamanya membuat narasi berlebih? Ada beberapa tujuan, antara lain, satu, Â upaya terbalik untuk membesarkan atau melambungkan nama diri atau kelompoknya; misalkan bernarasi berlebih betapa kelompoknya siap menghadapi segala kemungkinan pelemahan dari pihak mana pun. Apakah berarti kelompok itu memang hebat? Biasanya justru sebaliknya. Ingat saja tong kosong lalu dipukul-pukul; nyaring kan?
Dua, bernarasi berlebih dipakai sebagai strategi agar muncul kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga keamanan bersama misalnya, maka narasinya lalu menyebutkan ada kelompok tertentu yang berniat mirong kampuh jingga. Apakah memang kesadaran kolektif yang diharapkan itu sertamerta muncul?Â
Tidak juga. Jangankan kesadaran tentang keamanan bersama, tentang kesadaran diri sendiri untuk melindungi diri dari virus Corona lewat memakai masker ke mana pun, masih menyisakan ketidaksadaran pribadi di mana-mana. Ingat ada Pemda yang akan memberi sanksi masuk peti mati bagi mereka yang tidak taat memakai masker? Berhasilkah?
Dan tiga, narasi berlebih tentang adanya bahaya mirong kampuh jingga  bertujuan untuk iseng-iseng berhadiah, test the water, kalau-kalau nanti menangguk keuntungan. Harap semua pihak melihat secara jeli betapa medsos sering kali dijadikan alat ampuh untuk iseng-iseng berhadiah itu. Kalau sebuah riak karena di-medsos-kan lalu berubah menjadi gelombang, viral lagi, nah ......itulah yang menjadi tujuannya. Adakah keuntungan materiil? Mungkin tidak ada, namun "nama besar" akan diperolehnya.
Jadi, mirong kampuh jingga itu sebenarnya tidak ada/terjadi, karena itu jangan panic ketika ada pihak-pihak membuat narasi berlebih seolah-olah hal itu akan terjadi. Aparat keamanan kita sudah sangat canggih mendeteksi apa yang sedang dan akan terjadi. Percayakan saja kepada aparat.
-0-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H