Lalu, muncul busway (Transjakarta) dengan segala fasilitas nya yang bagus dan sistem yang baik. Namun, metromini dkk nya tahu, busway belum bisa mengimbangi mereka. Kasus internal transjakarta itu banyak, plus armada mereka belum bisa menampung orang se-Jakarta. Begitupun dengan taksi, harga mahal, dan kena macet di jalan.
Hingga muncul kendaraan online. Macem Gojek, Grab Taxi, Grab Bike, Uber. Inilah titik balik Metromini dijauhi. Secara logika, mana ada orang mau naik kendaraan yang panas dan berbahaya. Tampaknya CEO Metromini tidak berpikir secara logika dan keenakan di zona nyaman.
Kesimpulan:Â
1. Jangan terlena
2. Lihat potensi pesaing kamu
3. Berkembang ke arah positif.
Ada yang mau nambahin? Share di kolom komentar ya.
Â
Btw, kami pernah membahas gimana cara memasarkan kendaraan umum agar warga pindah dari mobil pribadi. Cek di: Agar Kendaraan Umum Diminati Masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H