Mohon tunggu...
Gian Darma
Gian Darma Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

seorang yang suka seni dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Pahlawan dan Pemaknaannya Kini

10 November 2022   16:00 Diperbarui: 10 November 2022   16:03 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini adalah hari Pahlawan. Apa sih yang terbersit pada benak Anda soal Pahlawan? Apakah kota Surabaya dan ITS yang memakai 10 Novembe sebagai nama institusi pendidikan besar? Apakah hotel Yamato atau kini bernama hotel Majapahit, sebagai tempat perobekan bendera Belanda. Atau jembatan Merah tempat Jenderal Mallaby ditemukan tewas di mobil yang diserang warga Surabaya. Atau suara Bung Tomo yang membakar semangat arek-arek Suroboyo. Atau KH Hasyim Asyari yang memberi fatwa jihad untuk mempertahankan kemerdekaan beberapa minggu sebelum pertempuran 10 November?

Mungkin kita ingat sebagian, mungkin ada juga yang ingat semuanya. Hari pahlawan adalah peringatan kebangsaan terbesar setelah hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Sebagian dari kita memperingatinya dengan berziarah ke makam pahlawan. Atau sekolah-sekolah memperingatinya dengan upacara bendera dan pawai baju daerah.

Jika menilik makna dari rangkaian kejadian di Surabaya yang dimulai dari fatwa KH Hastim Asyari sampai perlawanan santri dan para pemuda di Jawa Timur khususnya di Surabaya, kita memang harus menghargai mereka. Korban tewas dari penduduk Surabaya akibat pertempuran dahsyat itu mencapai 10 ribu orang menjadi penanda bahwa perlawanan bangsa kita melawan Belanda dan sekutu memang tidak bisa dianggap remeh. Bahkan serdadu sekutu yang ikut dalam pertempuran itu menamainya sebagai 'neraka dunia'.

Sekarang 'pertempuran' kita berbeda bentuk. Yang paling menguras energi kita adalah pertempuran melawan radikalisme dan terorisme. Sejak tahun 2000 setelah era reformasi,  informasi masuk dengan mudah, begitu pula ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Mereka melakukan kegiatan yang bertentangan dengan falsafah bangsa dan menumbuhkan utopia (mimpi) yang memakai topeng agama.

Dengan mudahnya mereka menilai pihak lain yang berbeda dan beberapa malah tega melakukan bom bunuh diri demi keyakinannya itu. Tecatat pada awal 2000-an kita mengalami bom Bali 1 dan 2, beberapa bom di Jakarta yang meliputi rumah ibadah non muslim dan beberapa hotel milik asing. Juga bom di Medan, Makassar Surabaya dan beberapa kota kecil lainnya.

Itu adalah 'pertempuran' kita kini. Pertempuran melawan warga Indonesia sendiri yang punya faham berbeda dengan falsafah bangsa. Secara gamblang kita bisa bilang bahwa mereka memecah belah bangsa seperti halnya Sekutu dan Belanda memecah belan persatuan kita sebagai bangsa.

Kurang lebih ini pemaknaan bagi hari Pahlawan kini itu. Kita harus waspada dan berhati-hati melawan pertempuran itu. Kita harus bisa menghindari hal itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun