Pemasaran digital bergerak sangat cepat, sebagai praktisi yang terlibat di dalamnya saya juga harus bergerak cepat membaca kemana arah angin akan membawa dunia pemasaran digital Indonesia. Saya harus bisa mengantisipasi dan mengembangkan keahlian sebelum tergerus oleh jaman.
Kalau kata Darwin, Survival of the Fittest, hanya mereka yang bisa beradaptasi yang akan bertahan dan memenangkan persaingan. Ada tiga hal penting yang saat ini saya lakukan untuk berusaha memahami dan menjadi pionir keahlian yang dibutuhkan di masa depan.
Experience Ecommerce
Saya percaya gelombang ecommerce akan segera mewabah, dan punya kontribusi yang besar. Oleh karena itu, sebagai seorang pemasar digital, saya tidak bisa hanya sekedar paham konsepnya. Digital itu harus mengalami sendiri, baru akan bisa mengerti sepenuhnya.
Oleh karena itu, saya sengaja mulai mengubah cara berpikir, mengadopsi  perilaku konsumen muda yang akan menjadi konsumen masa depan. Saya melihat teman-teman saya yang  berumur 25 tahun ke bawah,  udah terbiasa belanja online, gak banyak reaksi tentang takut kena tipu, risiko fraud kartu kredit dll. Hampir semua produk mereka akan riset dulu di internet, lalu tidak sedikit yang dibeli via online.
Sebaliknya yang seumuran saya ke atas. Ketika bicara ecommerce, pendapatnya selalu diawali dengan pesimisme dan sikap skeptis. Ya memang ecommerce ini bukan dunia mereka. Pola perilaku generasi ini sudah terbentuk.
Itu sebabnya saya berusaha menciba membeli dan bertransaksi di berbagai merchant. Saya mencoba berbagai portal ecommerce, mulai yang berskala kecil hingga besar. Untuk apa? Agar bisa membandingkan, mana yang memberikan layanan, dan pengalaman belanja online yang paling user friendly.
Beberapa diantaranya yang saya coba, Tees Indonesia, Fashion Pria, Air Asia, Agoda, Bhinneka, Blibli. Bahkan beli juga via mobile misalnya di Line, beli majalah di Scoop atau beli aplikasi di Google Play. Â Kalau sudah pernah coba, baru terbayang, dan bisa memahami perilaku yang berbelanja online. Ini penting karena ke depan saat semua retailer terdesak membuka online store, dan brand mulai menyadari besarnya kontribusi penjualan via ecommerce. Â Saya sudah punya pemahaman yang cukup kuat akan hal ini.
Data Story Teller
Hal lain yang menurut saya menarik adalah isu BIG DATA. Sekarang semua tentang data, dan data. Laporan dari Facebook Insight, Analytics, Social Media Monitoring, data Comscore, Google Ad Planner dll. Begitu banyak data, tapi siapa yang bisa memahaminya dengan baik?
Bukan sekedar membaca data sebagai sesuatu yang mentah. Tapi memilih data mana yang dibutuhkan lalu membuat interpretasi data yang berguna untuk pengambilan keputusan. Itu sebabnya saya banyak belajar lagi, dan bergulat dengan beragam data. Baik itu kualitatif dan kuantitatif. Untuk kemudian, ini tahapan paling krusial, membuat interpretasi dan rekomendasi bagi pengambilan keputusan.