Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Usai Viral, Akankah AHY Meniru Langkah Eiger?

2 Februari 2021   19:19 Diperbarui: 2 Februari 2021   19:23 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) | Foto: ANTARA via BBC

Masih ingat dengan kisah pengiriman "surat cinta" alias surat keberatan Eiger kepada salah seorang YouTuber beberapa waktu lalu gara-gara ulasan produk jenis kacamata? Tentunya masih, kisahnya belum satu minggu.

Bagi yang ingat, pasti tahu kalau setelah mengirim surat keberatan, dalam waktu kurang dari 24 jam, dengan cepat Efiger mengeluarkan surat klarifikasi dan menyampaikan permohonan maaf kepada sang YouTuber.

Mengapa Eiger harus minta maaf? Karena pihak manajemen sadar, bahwa dari sekian banyak tanggapan publik, mayoritas menilai mereka blunder. Mereka bersikap tidak sepantasnya kepada konsumen. Sudah salah, berlebihan pula.

Lalu apa hubungan Eiger dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)? Masalahnya memang berbeda, tetapi kisahnya mirip. Sama-sama ada pengiriman "surat cinta".

Kalau Eiger kirim surat ke YouTuber, AHY kirim surat kepada Presiden Joko Widodo. Jadi, kelasnya lebih tinggi. Nah ada bedanya lagi soal surat. AHY kirim surat (katanya) bukan tentang keberatan, melainkan permintaan klarifikasi. Ya, walaupun isinya sama saja, protes.

Tujuan AHY mengirim surat kepada Presiden Jokowi yaitu untuk meminta klarifikasi, apakah betul Kepala Kantor Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) TNI Moeldoko punya maksud menggulingkan AHY dari posisi Ketua Umum Partai Demokrat, di mana dikabarkan presiden turut memberi restu.

Jadi AHY ingin Presiden Jokowi membalas surat, meskipun AHY malah blunder, mengadakan konferensi pers di hadapan publik. Blundernya semakin mirip kisah Eiger, bukan?

Seharusnya AHY menunggu surat balasan dari Presiden Jokowi, kalau memang betul ingin diberi klarifikasi. Namun karena terlanjur ramai, maka agaknya tidak perlu lagi dibalas. Toh Moeldoko juga sudah mengklarifikasi secara terbuka, usai namanya disebut-sebut.

Bagi Anda yang mau mengetahui lebih lanjut perihal "konflik politik" antara AHY dan Moeldoko, sila baca ini (klik): "Dilanda Isu Kudeta, Bukti Ada Krisis Kepemimpinan dan Kepercayaan di Demokrat".

Berikutnya, apa maksudnya AHY perlu meniru langkah Eiger? Apakah artinya AHY mesti menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf seperti yang dilakukan Eiger? Kepada siapa dan untuk apa?

Seharusnya, iya. Bahwa bukan ditujukan kepada Moeldoko, hal itu tidak masalah. Sembari menunggu persoalan didudukkan, perlu bagi AHY meminta maaf kepada Presiden Jokowi dan masyarakat Indonesia.

Alasannya, dengan mengadakan konferensi pers tanpa menunggu surat balasan, bermakna AHY tidak menghargai Presiden Jokowi. Bisa jadi, surat dari AHY belum tentu sudah dibaca oleh Presiden Jokowi.

Selanjutnya, permintaan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, bermanfaat dalam menetralkan suhu politik yang memanas. Semua pihak saat ini sedang berjibaku melawan pandemi Covid-19. Tetapi gara-gara urusan politik Partai Demokrat, fokus menjadi buyar.

Tidakkah dipikirkan bahwa sebaiknya semua media dibantu agar lebih menyorot persoalan penting di dalam negeri ketimbang isu kudeta dan masalah Pilpres 2024?

Di sinilah perlunya AHY melakukan dengan rendah hati dan bijaksana, untuk mengambil kembali hati masyarakat. Biarlah isu kudeta disempitkan menjadi urusan antar pribadi, AHY dan Moeldoko.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun